Bisnis.com,JAKARTA — Pergerakan harga obligasi pemerintah di pasar sekunder menguat pada sesi Rabu (5/8/2020) kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi pada kuartal II/2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan produk domestik bruto (PBD) Indonesia kuartal II/2020 hari ini pada pukul 11:00 WIB. PDB Indonesia dalam periode itu terkontraksi -5,32 persen, penurunan terbesar sejak kuartal II/1998 sebesar -7,8 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun Indonesia parkir di level 6,79 persen pada Rabu (5/782020) pukul 14:42 WIB. Posisi itu turun dari 6,813 persen pada akhir sesi Selasa (4/8/2020).
Sementara itu, yield SUN tenor 5 tahun Indonesia mengalami penurunan dari 5,943 persen menjadi 5,898 persen. Selanjutnya, yield SUN tenor 15 tahun Indonesia juga turun dari 7,251 persen menjadi 7,237 persen. Adapun, yield SUN tenor 20 tahun Indonesia tidak berubah dari posisi sebelumnya di level 7,380 persen
Sebagai catatan, pergerakan harga obligasi dan yield obligasi saling bertolak belakang. Kenaikan harga obligasi akan membuat posisi yield mengalami penurunan sementara penurunan harga akan menekan tingkat imbal hasil.
Penguatan harga obligasi seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Data Bloomberg menunjukkan, nilai tukar rupiah menguat 75 poin atau 0,51 persen hingga pukul 14.59 WIB.
Rupiah dibuka pada posisi Rp14.540 atau langsung menguat dibandingakan dengan penutupan kemarin di Rp14.625 per dolar AS. Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak di rentang Rp14.523 hingga Rp14.585 per dolar AS.