Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi Saham Diperkirakan Masih Bakal Naik, Ini Penyebabnya

Anggota bursa menyebut transaksi saham bakal kembali menggeliat karena sepanjang Agustus 2020 masih banyak emiten yang akan menggelar RUPS dan menentukan pembagian dividen. Hal itu menjadi pemicu transaksi di kalangan pelaku pasar.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas,  Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA —  Geliat transaksi saham diprediksi masih akan menunjukkan tren kenaikan hingga akhir tahun kendati sempat mengalami penurunan pada Juli 2020

Berdasarkan data Bloomberg, transaksi sepanjang 1 Juli hingga 31 Juli 2020 mencapai Rp338,56 triliun, susut 10,72 persen dari total nilai transaksi sepanjang Juni yang mencapai Rp379,23 triliun.

Namun, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lain sepanjang tahun berjalan. Pada Mei 2020 misalnya, nilai transaksi broker tercatat sebesar Rp314,35 triliun, kemudian pada April 2020 nilai transaksi hanya Rp287,12 triliun.

Direktur Panin Sekuritas Prama Nugraha mengatakan seiring pemulihan pasar secara umum pada Juni hingga Juli memang terjadi kenaikan transaksi dibandingkan posisi awal kuartal kedua tahun ini yang mana PSBB masih dilaksanakan.

“Di bulan Juni-Juli juga banyak emiten yang RUPS membagikan dividen dan ada rilis laporan keuangan sehingga berita yang beredar mendorong adanya peningkatan transaksi,” kata Prama kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).

Menurutnya, tren kenaikan tersebut juga masih akan bertahan hingga Agustus karena masih banyak emiten yang menggelar RUPS (rapat umum pemegang saham) tahunan dan ada kemungkinan membagikan dividen.

“Karena kan ada relaksasi OJK jadi masih bisa RUPS sampai Agustus,” imbuh dia.

Namun, tambah Prama, perlu dicermati pula perkembangan makro ekonomi global yang mengalami kontraksi, sebab dapat berdampak pula terhadap ekonomi nasional.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengatakan investor masih cenderung waspada sehingga belum terlalu agresif bertransaksi. Pasalnya, dampak pandemi Covid-19 baik dari sisi ekonomi maupun sisi medis masih belum mereda.

“Juli itu banyak data yang keluar, Eropa, Jerman, dinyatakan resesi. Walaupun sudah didengungkan sejak Juni. Jadi tidak begitu bagus. Lalu sepanjang vaksin belum ketemu itu jadi hal yang ditakutkan investor,” jelasnya kepada Bisnis.

Menurutnya, kunci pemulihan ekonomi termasuk gairah transaksi di pasar modal masih bergantung kepada penanganan pandemi, utamanya vaksin harus segera ditemukan dan tingkat penularan virus dapat ditekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper