Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terus merangkak naik dan diperkirakan bisa menguji level US$2.000 dalam beberapa pekan ke depan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spor menanjak ke level US$1.944,71 per troy ounce pada perdagangan hari ini, Senin (27/7/2020), setelah akhirnya mampu menembus rekor level tertinggi masa US$1.923,70 yang dicatatkan pada September 2011
Sementara itu, harga emas Comex kontrak Desember 2020 terpantau melonjak 30,80 poin atau 1,60 persen ke level US$1.956 per troy ounce pukul 12.35 siang WIB.
Pergerakan emas yang mungkin menempatkannya pada jalur untuk melampaui US$2.000 per troy ounce didorong anjloknya indeks dolar AS ke level terendah dalam lebih dari setahun di tengah suku bunga riil negatif di Amerika Serikat dan spekulasi bahwa bank sentral Federal Reserve AS akan mempertahankan kebijakan yang akomodatif dalam pertemuan pekan ini.
Sementara itu, permintaan investor yang tak henti-hentinya telah membantu mendorong kenaikan harga. Arus masuk ke dalam exchange-traded funds (ETF) berbasis emas tahun ini telah melampaui rekor yang tercatat pada 2009.
“Kenaikan yang besar tidak bisa dihindari ketika kita memasuki periode seperti kondisi pasca-GFC (krisis finansial global), dimana harga emas melonjak ke level tertinggi sebagai akibat dari jumlah uang Fed yang dipompa ke dalam sistem keuangan,” ujar analis sumber daya senior di MineLife Pty. Gavin Wendt.
Baca Juga
“Selain itu, dolar AS yang lemah dan kurs riil negatif memberi dorongan lebih lanjut. Emas dapat berkonsolidasi sebelum menguji level US$2.000 dan di atasnya dalam beberapa pekan mendatang,” tambahnya, dilansir dari Bloomberg.
Investor telah beralih ke emas ketika dampak pandemi Covid-19 terhadap pertumbuhan global mendukung statusnya sebagai aset lindung nilai.
Logam mulia tersebut kemudian memperoleh bertubi-tubi dukungan antara lain dari eskalasi ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, juga stimulus besar dari pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia untuk mendorong perekonomian.
Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau melorot 0,47 persen atau 0,441 poin ke posisi 93,994 siang ini pukul 13.00 WIB.
Meningkatnya kekhawatiran tentang pandemi Covid-19 serta memburuknya hubungan antara AS dan China menambah daya tarik emas. Sebagian besar analis berpandangan bullish pada prospeknya.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan emas dapat mencapai US$2.000 dalam 12 bulan ke depan. Citigroup Inc. bahkan menempatkan probabilitas 30 persen untuk emas melampaui level tersebut sebelum akhir tahun ini.