Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagi-Lagi! 4 Emiten Farmasi ARA Sejak Awal Perdagangan

Pada awal perdagangan Kamis (23/7/2020), 4 saham dari 9 emiten farmasi terkena pemberlakukan auto reject atas atau ARA.
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi lagi-lagi menimbulkan efek kejut melalui pergerakan harga sahamnya yang melesat dalam tiga hari berturut-turut.

Pada awal perdagangan Kamis (23/7/2020), 4 dari 9 emiten farmasi yakni; PT Indofarma Tbk. (INAF) dengan kenaikan 25 persen, PT Phapros Tbk. (PEHA) dengan kenaikan 24,92 persen, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dengan kenaikan 24,77 persen, dan PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) dengan penguatan 24,63 persen terkena pemberlakukan auto reject atas atau ARA.

Adapun, ini adalah hari ketiga saham INAF dan KAEF terkena pemberlakukan ARA oleh otoritas. Selama sepekan terakhir, saham INAF sudah melesat 115,6 persen sedang saham KAEF mengekor dengan kenaikan 112,75 persen.

Berdasarkan besaran transaksi, turnover saham INAF pada awal perdagangan hari ini mencapai Rp7,7 miliar yang didominasi oleh investor dalam negeri. Broker Mandiri Sekuritas tercatat paling banyak melakukan pembelian sedang broker Mirae Asset Sekuritas paling banyak melakukan penjualan saham INAF.

Dari sembilan emiten farmasi, saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang juga ikut menguat 4,13 persen atau 65 poin ke level Rp1.640 pada awal perdagangan hari ini, lagi-lagi menjadi saham yang paling banyak ditransaksikan. Praktis, saham KLBF menjadi saham farmasi yang paling banyak dilego pelaku pasar selama tiga hari terakhir.

Kontras dengan INAF, saham KLBF sudah ditransaksikan sebanyak Rp314,44 miliar yang juga didominasi oleh investor dalam negeri. Pada awal perdagangan hari ini, broker Mirae Asset Sekuritas kembali terpantau kembali melancarkan aksi melakukan jual dan beli saham KLBF.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menyatakan bahwa bursa memang mengamati pergerakan saham farmasi. “Karena ekspektasi dari vaksin Covid-19 yang diharapkan berhasil,” ujar Laksono kepada Bisnis, Rabu (22/7/2020).

Lebih lanjut, Laksono mengatakan kriteria bursa memberikan stempel unusual market activity (UMA) kepada emiten tidak bisa dibagikan ke publik walaupun pergerakan harga saham adalah salah satu di antaranya.

Di sisi lain, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian S. Manullang mengatakan bursa selalu mengawasi pergerakan transaksi dan harga saham-saham yang ditransaksikan.

“Saat ini memang kami melihat kenaikan harga di saham-saham farmasi. Kami akan melakukan tindakan pengawasan apabila diperlukan,” imbuhnya kepada Bisnis, Rabu (22/7/2020).

Reli saham farmasi dalam tiga hari terakhir sebenarnya tidak terlepas dari katalis positif pengembangan vaksin di dalam negeri. Pada Selasa (21/7/2020), PT Bio Farma (Persero) menyatakan siap melakukan uji klinis yang melibatkan 1.620 orang relawan pada Agustus 2020.

Bila tidak ada aral melintang, tahap produksi vaksin diharapkan bisa dimulai pada kuartal I/2021. Sementara, KAEF dan INAF menyatakan siap untuk membantu distribusi vaksin yang rencananya bisa diproduksi hingga 250 juta dosis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper