Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer PT Akasha Wira International Tbk. (ADES) berencana melebarkan sayap bisnis ke bidang produksi serta penjualan sanitizer dan disinfektan.
Dalam keterbukaan informasi Selasa (21/7/2020), manajemen Akasha menyampaikan rencana transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
Pada saat ini, Akasha Wira International merupakan perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang industri dan perdagangan, khususnya bidang industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik, minuman ringan dan perdagangan besar.
"Perseroan berencana untuk melaksanakan pengembangan usaha di bidang produksi sanitizer dan disinfektan yang sebelumnya bukan usaha yang dijalankan," paparnya.
Rencana pelaksanaan bisnis baru di bidang produksi sanitizer dan disinfektan merupakan perubahan kegiatan usaha utama perseroan. Oleh karena itu, Akasha telah menyiapkan studi kelayakan untuk mendukung rencana tersebut.
Dengan potensi penduduk Indonesia sekitar 230 juta jiwa membuat bisnis barang konsumsi atau consumer goods berkembang sangat pesat. Bisnis ini cukup bertahan pada situasi krisis mengingat produk consumer goods merupakan kebutuhan dasar manusia.
Baca Juga
Hal ini membuat Akasha yang sudah berkecimpung cukup lama di bisnis barang konsumsi atau consumer goods ini tertarik untuk mengembangkan bisnisnya dengan masuk ke bisnis produksi dan penjualan sanitiser dan disinfektan.
"Industri produk sanitizer dan disinfektan terus meningkat seperti terlihat dari meningkatnya jumlah merek produk tersebut di pasar," imbuhnya.
Berbagai macam cara dilakukan masyarakat akar terhindar dari virus, salah satunya dengan menggunakan cairan pembersih tangan atau hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan.
Industri sanitizer dan disinfektan di Indonesia masih terus berkembang, dengan adanya berbagai macam variasi produk, baik dalam penyajian wangi maupun ukuran kemasannya.
Selain itu, tersedianya bahan baku sektor ini di Indonesia, cukup menguntungkan industri ini. Dengan kondisi adanya pertumbuhan produk sanitizer dan disinfektan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara makro, prospek usaha produksi sanitizer dan disinfektan masih terbuka.
Alasan pengembangan usaha ini adalah untuk meningkatkan pendapatan Akasha dengan memaksimalkan dan mendayagunakan saluran distribusi dan fasilitas produksi yang sudah dimiliki oleh perseroan melalui variasi atau diversifikasi produk ke pasar.
Pengembangan bisnis baru akan meningkatkan rasio keuangan perseroan. Dalam 5 tahun terakhir, yakni 2015-2019, net profit margin ADES mencapai 6,51 persen.
Adapun, pada 2020-2025, net profit margin dapat mencapai 12,03 persen. Hal itu ditopang lini bisnis sanitizer dan disinfektan yang memiliki net profit margin 27,24 persen.
Untuk ekspansi lini bisnis baru, ADES akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Agustus 2020. Tanggal pencatatan pada 4 Agustus 2020, dan pada 1 September 2020 pengumuman hasil RUPSLB.
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2020 yang dipublikasikan di laman keterbukaan informasi BEI, Senin (29/6/2020), emiten berkode saham ADES tersebut mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp21,2 miliar, naik signifikan 21,84 persen secara tahunan.
Adapun, penjualan bersih perseroan juga bertumbuh 4,08 persen secara year-on-year menjadi Rp198,99 miliar pada triwulan pertama tahun 2020.
Kendati beban pokok penjualan, beban penjualan dan beban umum dan administrasinya meningkat, namun perseroan berhasil menekan beban lain-lain dan memperoleh pundi-pundi uang dari penghasilan lain-lain.
Hal ini membuat laba per saham atau earning per share yang bisa dibagikan perseroan perseroan pada kuartal pertama adalah Rp36, naik dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp30.
Pendapatan produsen air minum Nestle Pure Life tersebut mayoritas disumbangkan oleh penjualan air minum dalam kemasan sebesar 66,5 persen diikuti dengan produk kosmetik dengan jenama Makarizo sebesar 33,5 persen dari total omzet periode awal tahun.
Dari segmen geografis, penjualan di pulau Jawa berkontribusi 77,03 persen, diikuti Kalimantan sebesar 12,35 persen dari total penghasilan pada kuartal pertama tahun ini.
Dari pos liabilitas dan ekuitas, perseroan mencatatkan pertumbuhan masing-masing menjadi Rp256,83 miliar dan Rp589,15 miliar dibandingkan dengan periode akhir tahun.
Hal ini membuat aset perseroan pun bertumbuh 2,87 persen dibandingkan periode akhir tahun menjadi Rp845,98 miliar, sementara kas dan setara kas akhir periodenya mencapai Rp179,759 miliar.
Dalam keterangan kesinambungan usaha, Akasha Wira International menyatakan bahwa wabah Covid-19 telah membuat perusahaan mengambil langkah-langkah pengelolaan sumber daya dan operasinya dengan bijaksana.
Di samping itu, perusahaan juga memutuskan mengambil opsi restrukturisasi, merampingkan operasi bisnis, fokus pada produk-produk yang memberikan nilai yang lebih baik dan terus meningkatkan efisiensi.
“Belum dapat dipastikan bagaimana fenomena ini akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa yang akan datang,” pungkas manajemen.