Bisnis.com,JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ni rawan mengaami koreksi seiring dengan sejumlah sentimen negatif yang datang bertubi-tubi.
Dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 2,31 persen atau 333 poin. Data Bloomberg menunjukkan, pada perdagangan Jumat (17/7/2020), rupiah terkoreksi 0,53 persen atau 78 poin ke level Rp14.703 per dolar AS. Pekan ini diprediksi bergerak di kisaran Rp14.450-Rp14.900
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Ariston Tjendra menjelaskan nilai tukar rupiah terseret kekhawatiran akan ketegangan antara AS dan China. Hubungan kedua negara ini sering tidak akur karena berbagai alasan.
Terakhir, keributan timbul karena persoalan Laut China Selatan dan Hong Kong. Sebelumnya, kedua negara juga bersitegang soal hubungan dagang. Objek pertengkaran seakan bisa muncul kapan saja.
Selain itu, peningkatna kasus positif virus corona atau Covid-19 juga membebani pergerakan mata uang garuda dalam sepekan terakhir. Sentimen Covid-19 bisa terus menghantui laju nilai tukar rupiah.
“Dengan situasi kekhawatiran ini, pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia yang menurunkan tingkat imbal hasil di Indonesia menjadi tidak menarik untuk hot money,” ujar Ariston kepada Bisnis, Minggu (19/7/2020).
Potensi pelemahan nilai tukar rupiah masih terbuka dengan penularan virus Covid-19 yang masih terus naik. Kondisi itu menurut ariston dapat menyebabkan pemulihan ekonomi tersendat.
Dari dalam negeri, dilaporkan penambahan 1.752 kasus positif Covid-19 pada Sabtu (18/7/2020). Total angka kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 84.882.
Total kasus positif Covid-19 di Indonesia telah melewati China. Negeri Panda tercatat memiliki 83.660 kasus berdasarkan data laman worldmeters.info pada Minggu (19/7/2020).
Ariston menambahkan kekhawatiran terhadap memburuknya hubungan AS dan China akan menekan pergerakan rupiah. Kendati demikian, data-data ekonomi yang menunjukkan perbaikan dapat memberikan sentimen positif terhadap rupiah.