Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Rendah, Reli Kuat Rupiah Kian Terkikis

Pelemahan rupiah dipicu oleh respons pasar yang negatif terhadap penurunan suku bunga acuan.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Rebound ciamik yang telah berhasil diraih oleh rupiah sejak menyentuh level terendah sejak 20 tahun terakhir terus terkikis seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi yang terus merosot.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (17/7/2020) nilai tukar rupiah parkir di level Rp14.703 per dolar AS, terkoreksi 0,53 persen atau 78 poin. 

Padahal pada awal Juni, rupiah berhasil membalikkan keadaan dari bergerak di level terendahnya sejak Juni 1998 di kisaran Rp16.000 per dolar AS pada Maret 2020, kini rupiah bergerak di kisaran level Rp13.000 per dolar AS.

Untuk kinerja tiga bulanan, rupiah sempat meroket hingga 15 persen dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di antara rekan Asianya. Saat ini kinerja tiga bulanan rupiah, tersisa hanya menguat 5,18 persen, sedangkan sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah terkoreksi 5,69 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah melemah sebagai dampak dari pasar yang merespon negatif terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Respon negatif itu pun terjadi di saat rupiah juga dibayangi banyak katalis negatif seperti ketidakpastian pasar akibat penyebaran Covid-19 yang belum juga mereda di dalam negeri maupun global.

Belum lagi, memanasnya kembali hubungan antara AS dan China, terkait status Hong Kong dan ketegangan dua negara di laut China Selatan.

Dalam perkembangan terbaru, Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk melarang semua anggota Partai Komunis China melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.

“Rupiah masih ada sentimen ketegangan antara AS dan China serta penyebaran pandemi virus corona yang terus mengkhawatirkan sehingga wajar kalau pasar merespon negatif dan buat rupiah melemah,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (17/7/2020).

Untuk diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk kembali memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen. Penurunan itu pun menjadikan suku bunga berada di level terendah sejak 2016.

Ekonom Senior ING Manila Nicholas Mapa mengatakan bahwa penurunan suku bunga acuan itu telah membuat rupiah menyentuh level terendahnya sejak tujuh pekan terakhir pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (17/7/2020). 

Hal itu mendorong BI untuk melakukan intervensi di pasar untuk kembali membantu menstabilkan perdagangan.

“Rupiah mungkin akan rentan dalam waktu dekat selama periode ketidakpastian pasar masih beredar menjadi sentimen setelah tren penurunan suku bunga dalam kebijakan baru-baru ini,” ujar Mapa seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/7/2020).

Rupiah akan menggantung harapannya terhadap data produk domestik bruto (PDB) Kuartal II/2020 yang dijadwalkan rilis bulan depan.

Jika PDB berhasil dirilis tidak lebih buruk daripada yang diekspektasikan pasar, bank sentral mungkin dapat memfokuskan kebijakannya terhadap stabilitas mata uang pada pertemuan RDG periode Agustus.

Hal itu akan memberikan harapan bahwa rupiah dapat bergerak lebih baik daripada perdagangan dalam beberapa pekan terakhir dan potensi kembali ke level Rp15.000 dapat dihilangkan.

Sementara itu, Kepala Ekonom Asean HSBC Joseph Incalcaterra menilai bahwa bank sentral terlalu fokus terhadap pertumbuhan ekonomi daripada risiko penurunan mata uang untuk saat ini.

“Dengan demikian, diperkirakan rupiah dapat melemah hingga Rp15.200 per dolar AS pada akhir tahun ini,” ujar Incalcaterra dikutip dari Bloomberg.

Padahal, dolar AS saat ini dalam tren pelemahan yang seharusnya dapat dimanfaatkan rupiah untuk menguat seperti rekan-rekan mata uang Asia lainnya.

Pada perdagangan Jumat (17/7/2020) hingga pukul 18.04 WIB indeks dolar AS yang bergerak mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,28 persen ke level 96,081.

Sepanjang tahun berjalan 2020, indeks dolar AS telah bergerak melemah 0,27 persen. Hal itu berbanding terbalik dengan kinerja greenback pada kuartal I/2020.

Untuk diketahui, pada medio Maret indeks dolar AS sempat menyentuh level 102,817 yang merupakan level tertinggi indeks dolar AS sejak akhir 2016. Greenback berhasil mengalahkan pamor emas sebagai aset safe haven.

Adapun, penguatan dolar AS tersebut didukung oleh kepanikan investor di tengah pandemi Covid-19 dan pelemahan harga minyak yang membuat hampir seluruh pasar saham dunia terjun bebas.

Kala itu, investor berlomba-lomba mencari likuiditas dan menambahkan kepemilikannya terhadap dolar AS untuk menutupi kerugiannya di semua aset berisiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper