Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Rupiah Masih Dalam Tekanan

Pada perdagangan Kamis (16/7/2020) nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 37 poin atau 0,26 persen ke level Rp14.625 per dolar AS.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah diprediksi bergerak di rentang Rp14.565 - Rp14.700 per dolar AS pada perdagangan Jumat (17/7/2020).

Pada perdagangan Kamis (16/7/2020) nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 37 poin atau 0,26 persen ke level Rp14.625 per dolar AS.

Saat itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,01 poin atau 0,014 persen ke level 96,095 pada pukul 14.54 WIB. Pada Jumat (17/7/2020) pagi, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang meningkat 0,28 persen menjadi 96,346.

Kemarin, data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.632 per dolar AS, melemah 16 poin atau 0,11 persen dari posisi Rp14.616 pada Rabu (15/7/2020).

"Hari ini pasar berpotensi terpapar profit taking. Rupiah diprediksi bergerak di rentang Rp14.565 - Rp14.700," papar Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang dalam laporan hariannya, Jumat (17/7/2020)

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) meyakini pergerakan nilai tukar rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan rupiah secara point to point pada kuartal II/2020 mengalami apresiasi 14,42 persen dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020.

Data BI menunjukkan aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar 10,2 miliar dolar AS.

Meskipun mengalami apresiasi secara point to point, rupiah secara rerata mencatat depresiasi 4,53 persen akibat level yang masih lemah pada April 2020.

Pada awal Juli 2020, rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-Tiongkok.

"Hingga 15 Juli 2020, Rupiah terdepresiasi 2,28 persen baik secara point to point maupun secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2020," kata Perry dalam paparan hasil RDG, Kamis (16/7/2020).

Dibandingkan dengan level akhir 2019, rupiah terdepresiasi 4,83 persen (ytd).

Perry menegaskan Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat ke depannya, seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," ungkap Perry.

Di sisi lain, BI melihat lambatnya pemulihan ekonomi dunia serta kembali meningkatnya tensi geopolitik AS-Tiongkok menaikkan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Perkembangan ini akhirnya menahan berlanjutnya aliran modal ke negara berkembang dan kembali menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper