Bisnis.com, JAKARTA — Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Itulah yang dilakukan pendiri sekaligus Presiden Direktur PT Bayan Resources Tbk. Dato Dr. Low Tuck Kwong saat mengakumulasi saham perusahaan yang dia pimpin.
Sejak Januari hingga 15 Juli 2020, Dato Dr. Low Tuck Kwong secara bertahap membeli 3,19 juta lembar saham berkode BYAN dengan nilai pembelian Rp49 miliar.
Terbaru, pihak Bayan Resources melansir keterbukaan informasi hari ini, Jumat (17/7/2020). Low Tuck Kwong disebut memborong saham sebanyak 3,16 juta lembar dengan harga pembelian Rp12.799,47 per saham pada 10,13,14, dan 15 Juli.
Transaksi tersebut menjadi yang terbesar sepanjang tahun berjalan. Sebelumnya, Low Tuck Kwong membeli saham BYAN sedikit demi sedikit, mulai 1.000 lembar hingga 12.700 lembar. Nilai pembelian berkisar Rp12.603 hingga Rp15.612 per saham.
Transaksi pembelian saham BYAN oleh Low Tuck Kwong, Januari-15 Juli 2020 | |||
---|---|---|---|
Periode | Jumlah Lembar | Harga Pembelian (Rp) | Nilai Pembelian (Rp) |
10,13,15 Januari 2020 | 2.400 | 15.612,50 | 37.470.000 |
24 dan 29 Januari 2020 | 12.700 | 15.193,90 | 192.962.530 |
24 Juni 2020 | 1.000 | 14.412,50 | 14.412.500 |
30 Juni | 4.400 | 12.603,98 | 55.457.512 |
3,6,7 Juli 2020 | 8.600 | 13.289,53 | 114.289.958 |
10,13,14,15 Juli 2020 | 3.169.600 | 12.799 | 40.567.710.400 |
Sumber : Keterbukaan informasi Bayan Resource di Bursa Efek Indonesia, diolah
Seluruh transaksi ditujukan untuk investasi. Setelah transaksi terakhir,salah satu orang terkaya Indonesia 2020 versi Majalah Forbes itu tercatat mengempit saham BYAN sebanyak 1,79 miliar lembar saham atau 53,86 persen.
Adapun, dalam periode tahun berjalan, saham BYAN turun 20,75 persen. Begitu juga dalam periode tiga bulan terakhir, saham BYAN terjerembap 13,10 persen. Adapun hari ini, saham BYAN naik 6,78 persen ke posisi 12.600.
Baca Juga
Untuk diketahui, saham BYAN merupakan salah satu saham emiten batu bara dengan kapitalisasi terbesar, yaitu Rp42 triliun.
Sebelumya, BYAN telah memangkas target pendapatan tahun ini menjadi hanya sebesar US$1,2 miliar dari target yang telah ditetapkan sebelumnya di kisaran US$1,4 miliar hingga US$1,6 miliar.
EBITDA yang diproyeksi berada di kisaran US$320 juta hingga US$350 juta pada tahun ini pun dipangkas menjadi di kisaran US$150 juta hingga US$180 juta.
Manajemen Bayan Resources mengatakan bahwa revisi panduan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja kuartal I/2020 perseroan dan kondisi pasar saat ini.
“Hal itu pun sejalan dengan Tambang Tabang yang menghentikan operasional penambangannya mulai 25 Maret hingga 14 Mei 2020 karena masalah keamanan terkait Covid-19,” tulis Manajemen Bayan Resources dalam laporannya.
Revisi target pendapatan penjualan tersebut dilakukan seiring dengan revisi target penjualan batu bara menjadi hanya 30-31 juta ton dari sebelumnya sekitar 35-38 juta ton. Selain itu, target produksi dipangkas menjadi 26 juta ton daripada sebelumnya sekitar 31-33 juta ton.