Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi Bikin Bimbang, Bursa AS Melemah pada Awal Perdagangan

Bursa saham AS dibuka lebih rendah setelah mencatat reli selama dua hari berturut-turut.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan Kamis (16/7/2020) karena investor memilah data ekonomi yang beragam.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 turun 0,8 persen ke level 3.204,40 pada pukul 9.33 waktu New York.

Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,8 persen ke level 26.704,51, sedangkan indeks Nasdaq Composite melemah 1 persen ke level 10.448,90.

Bursa saham AS dibuka lebih rendah setelah mencatat reli selama dua hari berturut-turut. Di antara saham yang diperdagangkan , Bank of America Corp melemah setelah melaporkan penurunan laba.

Saham Morgan Stanley berfluktuasi setelah laba dan pendapatan melonjak ke level tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, saham Twitter Inc. anjlok setelah akun sejumlah pemimpin politik dan bisnis terkemuka di dunia diretas.

Sentimen diwarnai oleh data penjualan ritel China bulan Juni yang lebih rendah dari perkiraan, bahkan ketika ekonomi terlepas dari kontraksi pada kuartal II/2020.

Data ekonomi dari China tersebut menjadi pengingat bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi secara total masih panjang, sekaligus meredam optimisme yang didorong oleh kemajuan dalam pengembangan vaksin.

Meskipun China mengalami pemulihan di pasar domestik, ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih rentan terhadap kemunduran karena pembatasan akibat virus corona terus menghambat aktivitas di seluruh dunia.

Kepala ekonom China di Bank of America, Helen Qiao mengatakan bahwa masalahnya terletak pada pemulihan yang tidak merata di seluruh dunia.

"Sulit untuk melihat bagaimana China dapat tetap pada pijakan yang kuat pada saat seluruh dunia masih menghadapi resesi yang sangat dalam," ungkap Qiao, seperti dikutip Bloomberg.

Dari dalam negeri, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat klaim pengangguran awal dalam program negara reguler mencapai 1,3 juta orang dalam pekan yang berakhir 11 Juli, turun 10.000 dari periode sebelumnya sekaligus merupakan penurunan terkecil sejak Maret.

Di sisi lain, kementerian perdagangan mencatat nilai penjualan ritel meningkat 7,5 persen dari bulan sebelumnya setelah direvisi naik 18,2 persen pada Mei. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan median estimasi dalam survei Bloomberg terhada para ekonmi yang mencapai 5 persen pada bulan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper