Bisnis.com, JAKARTA - Tembaga terus mendapatkan katalis positif dalam beberapa perdagangan terakhir yang membuat harga kerap mencetak rekor-rekor baru tiap minggunya.
Kali ini, katalis positif didukung oleh pemulihan permintaan dari konsumen utama logam dunia yang tercermin dari data perdagangan ekonomi terbaru China untuk periode Juni yang dirilis jauh lebih baik daripada ekspektasi pasar.
Ekspor dan impor China naik pada bulan Juni, menandakan bahwa permintaan di dalam serta luar negeri mungkin sudah mulai pulih bahkan ketika pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan bisnis.
Ekspor naik 0,5 persen secara year on year (yoy), sedangkan impor tumbuh 2,7 persen yoy. Surplus perdagangan menyusut dari rekor tertinggi pada Mei menjadi US$46,4 miliar untuk periode Juni.
Mengutip estimasi Bloomberg, produksi industri China naik 4,4 persen yoy pada Mei dan kemungkinan akan meningkat lebih cepat untuk periode Juni. Produk domestik bruto China diyakini juga akan meningkat 3,4 persen pada kuartal kedua, setelah mengalami kontraksi dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Penjualan properti di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai hingga pertengahan Juni juga berhasil naik di atas tingkat sebelum pandemi Covid-19 merebak.
Baca Juga
Ekonom Bloomberg David Qu mengatakan bagwa peningkatan impor menunjukkan permintaan yang lebih kuat di dalam negeri yang bisa menjadi lebih mendukung pemulihan ekonomi yang akan dipimpin oleh sektor industri.
“Pemulihan permintaan domestik harus terus berlanjut, yang akan mendorong impor secara riil, dan kenaikan harga komoditas baru-baru ini dapat mendukung nilai nominal impor,” ujar David seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (14/7/2020).
Ilustrasi kawat tembaga. Bloomberg
Data yang lebih baik daripada ekspektasi pasar itu telah menjadi bantalan kuat bagi harga tembaga untuk menancap gas lebih kencang di zona hijau karena China menyumbang sekitar setengah dari permintaan tembaga global.
Berdasarkan data Bloomberg, tembaga telah naik hingga 40 persen dari posisi terendahnya sejak Maret 2020, dan berhasil naik 6,43 persen sepanjang tahun berjalan 2020.
Tembaga tetap menjadi komoditas dengan kinerja harga terbaik di antara logam dasar lainnya, yang mayoritas masih menetap di zona merah secara year to date.
Pada perdagangan Senin (13/7/2020) harga tembaga di bursa London Metal Exchange berhasil menguat 2,48 persen ke level US$6.571 per ton, level tertinggi sejak tahun lalu. Tembaga pun tampak terus mengejar level US$7.000 per ton, level yang terakhir kali dihinggapi tembaga sejak dua tahun lalu.
Sementara itu, VP Commodity Research Motilal Oswal Financial Services Limitdes Navneet Damani mengatakan bahwa harga tembaga yang kerap dijadikan patokan pertumbuhan ekonomi telah menguat lebih didukung fundamental pasokan dibanding permintaan.
Pasalnya, ekonomi masih dibayangi perlambatan yang cukup parah jika kasus pandemi Covid-19 tidak kunjung usai dan belum ditemukan vaksin yang cukup ampuh melawan virus mematikan itu.
Harga lebih didukung oleh kekhawatiran pasar terhadap pengetatan pasokan akibat produsen utama Amerika Selatan dihadapi banyaknya pekerja yang terinfeksi virus dan pemogokan kerja.
Operasional banyak tambang di Chili, produsen utama tembaga dunia, tidak optimal dalam beberapa bulan terakhir sehingga angka pasokan pun diyakini lebih rendah daripada bulan-bulan sebelumnya.
“Tambang diperkirakan dapat kembali ke tingkat produksi sebelum pandemi Covid-19 merebak pada akhir bulan ini setelah restart bertahap, tetapi tampaknya itu pandangan terlalu optimis,” ujar Oswal seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (14/7/2020).
Ilustrasi cincin tembaga. Bloomberg
Estimasi Bloomberg, produksi Chili pada tahun ini hanya akan mencapai 200.000 ton, turun sekitar 1 persen dari produksi global tahunan. Mengutip riset perusahaan keuangan asal AS, Jefferies, persediaan tembaga global berpotensi turun hingga 30 persen sejak Maret.
Sementara itu, pandemi Covid-19 tidak menunda perselisihan serikat pekerja tambang tembaga dengan beberapa perusahaan tambang besar masih berlangsung yang juga menjadi tekanan pasokan.
Serikat pekerja tambang dan politisi lokal Chili pun menyuarakan pembatasan sosial yang lebih ketat, walaupun jumlah pekerja di wilayah tambang sudah dikurangi.
Pekerja di tambang Zaldivar Antofagasta Plc telah menolak tawaran upah final dan memilih untuk keluar.
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua. - Antara/Muhammad Adimaja.
Di wilayah tambang Codelco, salah satu perusahaan tembaga terbesar dunia, sebanyak 2.843 pekerja telah terkonfirmasi positif Covid-19 per 5 Juli 2020. Wilayah tambang terparah El Teniente dan Chuquicamata yang masing-masing pekerja positif terinfeksi sebanyak 1.044 dan 636 kasus.
Akibatnya, proyek pembangunan di El Teniente, tambang terbesarnya Codelco, telah dihentikan dan perusahaan mengubah pola produksi. Di tambang Codelco lainnya, yaitu Chuquicamata, perusahaan menghentikan aktivitas peleburan dan mengurangi pemurnian secara tajam.
Selain itu, perusahaan tambang lainnya, BHP Group, mengumumkan rencana untuk mengurangi aktivitas produksi di tambang Cerro Colorado pada pekan lalu.