Bisnsis.com, JAKARTA—Dana kelolaan industri reksa dana mengalami peningkatan sepanjang Juni 2020. Salah satunya didukung oleh jumlah unit penyertaan (UP) yang turut mengalami pertumbuhan.
Berdasarkan data Infovesta Utama, asset under management (AUM) industri reksa dana meningkat 1,68 persen, dari Rp 496,30 triliun di akhir Mei 2020 menjadi Rp 504,617 triliun di akhir Juni 2020.
Adapun peningkatan AUM tertinggi ditempati oleh reksa dana saham yaitu mencapai Rp5,79 triliun. Kemudian reksa dana pasar uang dengan kenaikan AUM 1,24 triliun dan reksa dana campuran dengan kenaikan sekitar Rp270 miliar.
Sementara reksa dana pendapatan tetap membukukan penurunan AUM sekitar Rp370 miliar atau 0,32 persen secara month on month.
Dari sisi kenaikan UP, perolehan tertinggi diraih oleh reksa dana pasar uang yang membukukan UP baru mencapai 350,39 juta unit. Disusul oleh reksa dana saham 239,80 juta unit.
Reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran kompak mengalami penurunan UP masing-masing 486,77 juta unit dan 93,30 juta unit.
Baca Juga
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja industri reksa dana sepanjang bulan Juni ditopang oleh kinerja positif Indeks Harga Saham Gabungan yang mencatatkan imbal hasil sebesar 3,19 persen.
Menurutnya, nilai aset yang ada terdongkrak oleh harga saham yang naik sepanjang periode tersebut, ditambah meningkatnya jumlah pembelian reksa dana baru oleh investor yang terlihat dari pertumbuhan UP.
“Mungkin investor sudah melihat kalau bulan Juni hampir tiap hari [IHSG] naik jadi semangat untuk invest lagi, plus aset yang sudah ada pun nilainya meningkat,” kata Wawan saat dihubungi Bisnis baru-baru ini.
Sementara untuk reksa dana pendapatan tetap yang mengalami penurunan, Wawan mengatakan reksa dana berbasis obligasi itu bakal kembali tumbuh di bulan-bulan mendatang, apalagi ada potensi pemangkasan kembali suku bunga acuan.
Selain itu, credit default swap (CDS) 5 Years Indonesia yang masih mengalami tren penurunan dari level tertinggi 290,82 pada 23 Maret 2020 menjadi 125,93 pada 10 Juli 2020. Pun, yield yang ditawarkan oleh obligasi negara Indonesia juga dinilai masih menarik.
“Jadi asing masih bakal masuk dan akan membuat harga obligasi jadi menarik,” ungkapnya.
Secara umum, Wawan memproyeksikan kinerja reksa dana masih bakal bertumbuh di bulan Juli, seriing dengan IHSG yang masih menunjukkan tren penguatan, inflasi yang rendah, dan rupiah yang terus stabil.
“Tinggal sisi kesehatan sih sekarang, apakah mampu ditangani dan dari sisi bisnis apakah PSBB mampu diangkat. Jadi aktifitas bisnis bisa berjalan lagi meski terbatas, sekarang kan masih banyak stop,” tuturnya.
Di sisi lain, kata Wawan, untuk menjaga pertumbuhan saat ini, manajer investasi juga harus mampu menjaga kinerja dan melakukan komunikasi yang intens kepada nasabah-nasabahnya.
Pasalnya, penurunan nilai aset akibat kejadian Covid-19 merupakan sebuah anomali sehingga nasabah perlu diberikan penjelasan agar tidak panik dan tetap mau berinvestasi, mengingat masih ada berbagai katalis positif yang menyokong pasar modal di paruh kedua ini.
“Komunikasi-komunikasi seperti itu harus dilakukan kepada investor dengan harapan investor bakal stay invest atau bahkan menambah porsi investasinya. Dengan ekspekstasi selama ini ada koreksi dalam, IHSG akan selalu kembali,” tukas Wawan.