Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan, PT United Tractors Tbk., merevisi alokasi belanja modal atau capital expenditure pada 2020 hampir separuh dari yang telah ditetapkan pada awal tahun.
Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis mengatakan bahwa perseroan mengubah rencana capital expenditure (capex) tahun ini menjadi sebesar US$230 juta hingga US$250 juta. Semula, emiten bersandi saham UNTR mengalokasikan belanja modal US$450 juta.
“Alokasi 60 persen untuk kontraktor tambang atau anak usaha PT Pamapersada Nusantara [PAMA] untuk penggantian alat berat yang sudah usang, sedangkan sisanya untuk maintenance unit bisnis lainnya,” ujar Sara kepada Bisnis, Senin (6/7/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode saham UNTR itu mengalokasi capex sebesar US$450 juta dengan rincian sebesar US$250 juta hingga US$300 juta untuk PT PAMA, sebesar US$100 juta untuk tambang emas Martabe, dan sisanya untuk keperluan bisnis lain. Untuk diketahui, tambang Martabe dikelola oleh anak usaha PT Agincourt Resources yang mana baru diakuisi pada akhir 2018.
Dengan penurunan alokasi belanja modal menjadi US$250 juta, ekspansi United Tractors mengendur. Pasalnya, pada 2019, alokasi belanja modal UNTR mencapai US$650 juat. Dengan kata lain, jumlah belanja modal perseroan tahun ini US$400 kita lebih rendah dibandignakn dengan tahun lalu.
Pemangkasan capex tersebut tidak terlepas sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang menjadi tantangan bisnis bagi perseroan seiring dengan melemahnya harga komoditas global.Hal itu turut berimbas terhadap kinerja United Tractors di awal tahun.
Baca Juga
Pada kuartal I/2020, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp1,8 triliun atau turun 40 persen secara year on year. Selain itu, perseroan juga mencatatkan penurunan 19 persen terhadap pendapatan kuartal I/2020 menjadi sebesar Rp18,3 triliun.
Adapun, PAMA menjadi kontributor pendapatan perseroan sebesar 45 persen, yaitu dengan total pendapatan bersih senilai Rp8,2 triliun pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 14 persen secara tahunan.
Selanjutnya, kontributor terbesar kedua pendapatan atau sebesar 24 persen berasal dari unit usaha mesin konstruksi.
Di posisi ketiga, unit usaha pertambangan batu bara perseroan yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) menyumbangkan pendapatan Rp3,4 triliun atau turun 7 persen secara tahunan. Manajemen menyebut hal itu dipicu penurunan rerata harga jual batu bara.
Sementara itu, bisnis emas perseroan lewat PT Agincourt Resources mencatatkan pendapatan Rp2 triliun, atau berkontribusi 11 persen terhadap seluruh pendapatan UNTR.
Adapun, unit usaha industri konstruksi melalui PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) berkontribusi 3 persen terhadap total pendapatan konsolidiasian. ACST membukukan pendapatan bersih sebesar Rp475 miliar pada kuartal I/2020 atau turun 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.