Bisnis.com, JAKARTA - Isu kesehatan masih menjadi perhatian utama pelaku pasar modal pada awal pekan depan dalam menggerakkan arah indeks harga saham gabungan (IHSG).
Hans Kwee, Direktur Utama Investa Saran Mandiri menyebutkan IHSG pekan depan berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 4821 sampai 4712. Sedangkan resistance di level 4977 sampai 5018.
Menurutnya, melonjaknya kasus Covid-19 di Amerika Serikat dan Jerman yang diikuti lockdown membuat pasar khawatir.
"Jika terjadi lockdown kembali maka pasar akan menghadapi lebih banyak risiko pelemahan di jangka pendek," kata Hans, Minggu (28/6/2020).
Menurutnya, pelaku pasar merespon negatif kebijakan lockdown pada sektor bisnis di beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Meski begitu penutupan negara bagian akan berdampak lebih kecil dibandingkan lockdown nasional.
Isu lain adalah proyeksi ekonomi oleh IMF yang lebih jelek dari perkiraan awal. Dalam perkiraan terbaru dunia bergerak memasuki periode resesi. Ia mengharapkan pemerintah menerbitkan lebih banyak stimulus untuk mendorong ekonomi.
"Isu lainnya, potensi perang dagang meningkat setelah para pejabat China memperingatkan bahwa campur tangan Amerika Serikat di Hong Kong dan Taiwan dapat membuat Beijing mundur dari komitmennya untuk membeli barang pertanian AS. Kami melihat ini merupakan strategi tawar menawar antar negara untuk mendapatkan keuntungan perdagangan. Tetapi berita ini negatif bagi pasar keuangan dunia," katanya.
Kesepakatan di Uni Eropa juga akan menjadi penggerak isu. Saat ini negara di bawah zone Euro itu tengah merancang stimulus besar-besaran untuk memulihkan ekonomi.
Sedangkan sentimen positif dari dalam negeri adalah langkah pemerintah menempatkan dana sebesar Rp30 trilun di bank himpunan milik negara (Himbara) yang sebelumnya ditempatkan di Bank Indonesia (BI).
"Ini merupakan sentimen positif karena memperkuat perbankan nasional," katanya.