Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Variatif, IHSG Bertahan Menguat pada Akhir Sesi I

IHSG menguat 1,81 persen atau 88,25 poin ke level 4.967,38 pada akhir sesi I, setelah sempat berfluktuasi dalam kisaran kisaran 4.879,13-4.968,5.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan penguatannya di zona hijau hingga akhir sesi I hari ini, Rabu (23/6/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 1,81 persen atau 88,25 poin ke level 4.967,38 pada akhir sesi I, setelah sempat berfluktuasi dalam kisaran kisaran 4.879,13-4.968,5.

Pada perdagangan Selasa (23/6/2020), IHSG berakhir berakhir melemah 0,81 persen atau 39,70 poin ke level 4.879,13.

Indeks sebelumnya mengawali perdagangan di zona merah dengan penguatan 0,63 persen atau 30,94 poin ke level 4.910,08. Tercatat 265 saham menguat, 122 saham melemah, dan 140 saham stagnan.

Seluruh 9 sektor dalam IHSG bergerak positif, dipimpin oleh sektor finansial yang menguat 2,95 persen dan disusul sektor tambang dengan penguatan 2,73 persen.

Sementara itu, bursa Asia bergerak variatif siang ini. Indeks Topix melemah 0,28 persen, indeks Topix menguat 0,03 persen, dan indeks Kospi menguat 1,79 persen.

Hingga akhir sesi I, volume perdagangan saham IHSG mencapai 4,31 miliar lembar saham, dengan nilai mencapai Rp4,74 triliun. Sementara itu, investor asing mencatat net sell senilai Rp11,81 miliar.

Sementara itu, bursa Asia bergerak variatif mayoritas menguat hari ini. Indeks Topix melemah 0,28 persen, indeks Topix menguat 0,03 persen, dan indeks Kospi menguat 1,79 persen.

Salah satu sentimen penggerak saham hari ini adalah kucuran stimulus oleh bank sentral dan pemerintahan negara-negara yang menurut investor dapat memberikan bantalan terhadap dampak negatif pandemi virus Corona di sektor perekonomian. Selain itu, indeks manufaktur (PMI) negara-negara perekonomian besar di dunia juga mulai menunjukkan tren kenaikan sejak Mei lalu.

Investment STrategist di Edward Jones, Nela Richardson mengatakan, kenaikan jumlah kasus positif virus Corona tidak selalu berarti negatif apabila pemerintah kembali mengucurkan paket-paket insentif untuk perekonomian.

"Pasar juga merespon cepat kebijakan-kebijakan stimulus dari bank sentral ataupun pemerintah yang tidak hanya berasal dari AS, tetapi juga di seluruh dunia," jelasnya.

Sementara itu, ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci mengatakan jumlah kasus virus corona akan tetap meningkat bila melihat pola penyebaran di wilayah Sun Belt AS. Adapun di Jerman, pemerintah setempat menutup sebuah kota setelah sebanyak 1.553 pekerja di pabrik daging setempat terinfeksi virus corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper