Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuitan Twitter Trump Mampu Panaskan Harga Minyak

Harga minyak berjangka di New York Merchantile Exchange (NYME) langsung menguat setelah Presiden AS Donald Trump angkat bicara soal hubungan dagang dengan China.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bersalaman dalam konferensi pers di Great Hall of the People di Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Bloomberg-Qilai Shenn
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bersalaman dalam konferensi pers di Great Hall of the People di Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Bloomberg-Qilai Shenn

Bisnis.com, PEKANBARU — Harga minyak kembali pulih seiring fokus investor kembali ke sisi prospek meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan. Adapun, harga minyak sempat tertekan oleh memburuknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Harga minyak berjangka di New York Merchantile Exchange (NYME) langsung menguat setelah Presiden AS Donald Trump angkat bicara soal hubungan dagang dengan China.

Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China masih dalam proses. Hal itu disampaikannya setelah Penasihan Perdagangan AS Peter Navarro mengatakan tidak tecapai kesepakatan sama sekali antara AS dan China mengenai konflik dagang yang dimulai sejak 2018 tersebut.

"Kesepakatan dagang dengan China masih berproses penuh. Harapannya mereka [China] akan melanjutkan hal-hal yang terkait dengan kesepakatan!," tulis Trump lewat akun Twitter-nya pada Senin (23/6/2020) dini hari.

Komentar Trump tampaknya langsung direspons oleh pasar. Beberapa hari terakhir, harga minyak telah berada di atas US$40 per barel karena optimisme AS akan membuka kembali perekonomiannya dan Rusia berkomitmen mengurangi produksi.

Mengutip Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus diperdagangkan turun 19 sen ke level US$40,54 per barel di NYME pukul 11.52 WIB. Sebelumnya, harga minyak WTI sempat terkontraksi 2,4 persen.

Selanjutnya harga minyak Brent pengiriman Agustus tercatat turun tipis 13 sen menjadi US$42,95 per barel di ICE Future Europe Exchange. Harga minyak brent juga sempat tertekan 2 persen pada perdagangan sebelumnya.

Harga minyak tersebut sudah sangat baik setelah sempat terjatuh ke bawah level nol pada April. Bahkan, level harga saat ini terakhir kali terlihat sebelum perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.

Menteri Energi Arab Saudi, Pangen Abdulaziz bin Salman pekan lalu menyampaikan bahwa negara-negara produsen minyak OPEC+ akan terus menyeimbangkan pasar. Sejumlah konsumen minyak dunia pun kini sudah melihat bakal ada pemulihan dari sisi permintaan.

“Pemangkasan pasokan minyak OPEC+ sudah selesai. Kini momentumnya adalah dari permintaan, pasar melihat defisit pasokan akan terjadi pada kuartal IV/2020,” kata Howie Lee, ekonom di Overseas Chinese Banking Corp., seperti dikutip Bloomberg, Selasa (23/6/2020).

Kembali ke hubungan dagang AS—China, pandemi Covid-19 kini menjadi penyebab dari memburuknya komunikasi kedua negara. Sebelumnya, Washington dan Beijing sudah memperlihatkan kemajuan yang baik terkait dengan kesepakatan dagang tahap pertama.

Namun, baru-baru ini AS malah mengeluarkan pembatasan untuk perusahaan media asal China dan China memblokir impor ternak dari Tyson Foods Inc. Hal itu dilakukan karena perusahaan ternak AS tersebut memiliki pegawai yang positif Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper