Bisnis.com, JAKARTA – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. merevisi target pertumbuhan penjualan pada tahun ini menjadi negatif sekitar 7 persen hingga 8 persen.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Oey Marcos mengatakan perseroan merevisi target penjualan yang semula diperkirakan dapat tumbuh 4 persen hingga 5 persen pada 2020.
“Dengan melihat pencapaian volume sampai bulan lalu, kami merevisi target pertumbuhan tahun ini menjadi negatif, kurang lebih 7 persen—8 persen,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Sampai dengan Mei, total penjualan semen perseroan mencapai 5,9 juta ton. Dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan sekitar 14 persen.
“Ini kurang lebih 14 persen lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Penyebab utamanya adalah banjir besar yang beberapa kali terjadi di awal tahun, serta masa lebaran yang jatuh pada Mei,” ujarnya.
Dia menyatakan bahwa sejauh ini dampak pandemi tidak begitu memengaruhi kegiatan bisnis perseroan, khususnya dari sisi produksi. Pasalnya, industri semen merupakan salah satu industri yang diizinkan untuk tetap beroperasi.
Baca Juga
Dalam kondisi tersebut, emiten berkode saham INTP itu menghentikan operasi di sejumlah pabrik yang dimiliki. Dari 10 pabrik yang ada di Citeureup misalnya, perseroan kini hanya mengoperasikan satu hingga tiga pabrik saja.
Dia menjelaskan langkah itu ditempuh untuk menyesuaikan dengan siklus tahunan pada bulan Ramadan. Menurutnya, pada periode tersebut permintaan selalu menurun, sehingga perseroan memilih mengandalkan pabrik dengan kapasitas lebih besar agar lebih efisien.
Meski begitu, perseroan optimistis perbaikan akan terjadi pada semester kedua tahun ini. Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jabodetabek diharapkan dapat kembali menggairahkan pasar.
“Pada saat market kembali menggeliat di semester II, maka pabrik-pabrik tersebut akan kembali kami jalankan. Jadi ini adalah bagian dari strategi kami untuk mencapai efisiensi di biaya produksi,” ujarnya.
Selain itu, perseroan juga percaya diri dapat melewati tahun pandemi dengan posisi neraca keuangan kuat karena posisi zero debt. Di sisi lain, perseroan meyakini efisiensi yang dilakukan akan memberi dampak positif terhadap torehan laba tahun ini.