Bisnis.com, JAKARTA - Tren penurunan harga batu bara dan perlambatan perekonomian akibat pandemi virus corona membuat emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara mengurangi belanja modal. Efisiensi biaya operasi juga ditempuh untuk menjaga likuiditas.
Head of Investor Relations PT Delta Dunia Makmur Tbk. Regina Korompis mengatakan bahwa efisiensi dengan mengurangi biaya operasi dan optimasi utilitas aset akan menjadi strategi perseroan untuk menjaga likuiditasnya di tengah prospek pelemahan harga batu bara.
Emiten berkode saham DOID itu juga akan mengurangi serapan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini, yaitu lebih rendah dari tahun sebelumnya.
“Kami fokus untuk meminimalkan capex kami dan harus lebih rendah dari realisasi tahun 2019 yaitu US$73 juta,” ujar Regina kepada Bisnis, Minggu (22/6/2020).
Baca Juga : Harga Batu Bara Diprediksi Mentok di Level US$60 |
---|
Regina sebelumnya mengatakan faktor ketidakpastian yang disebabkan pandemi Covid-19 membuat prospek permintaan dan harga batu bara dalam tekanan. Akibatnya, kemungkinan para penambang batu bara untuk menahan ekspansi semakin besar.
Hingga Maret 2020, DOID tercatat menderita kerugian sebesar US$22,69 juta, berbalik dari posisi laba US$1,36 juta pada Maret 2019. Pendapatan DOID turun 9,39 persen menjadi US$193,82 juta pada kuartal I/2020.
Tidak hanya DOID, emiten batu bara lainnya PT ABM Investama Tbk. (ABMM) juga mengurangi capex dari alokasi awal sebesar US$90 juta untuk menjaga likuiditas.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga Sjamsul mengatakan bahwa perseroan hanya akan menggunakan alokasi belanja modal sebesar US$45juta atau separuh dari rencana awal.
“Kami juga akan tetap melakukan cost efficiency, tetapi kami yakin permintaan batu bara akan segera pulih setelah pandemi Covid-19 usai,” kata Adrian.
Baca Juga : Akuisisi Tambang Baru, ABMM Siapkan US$250 juta |
---|
Untuk diketahui, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memperkirakan terdapat penurunan peringkat pada sebagian besar perusahaan batu bara Indonesia jika pelemahan harga batu bara dan permintaan yang rendah berlanjut hingga 2021.
Emiten batu bara yaitu INDY, ABMM, dan anak usaha DOID PT Bukit Makmur Mandiri Utama menjadi yang paling rentan terhadap penurunan peringkat. Sementara itu, Fitch menilai ADRO dan BYAN menjadi salah dua emiten yang paling tangguh terhadap penurunan industri batu bara.
“Risiko refinancing cenderung rendah ke sedang hingga 2022-2023 untuk sebagian besar emiten dalam laporan ini,” tulis Fitch Ratings.