Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan yang menerpa pasar modal dianggap sudah melewati titik terbawah seiring ketakutan investor yang mulai memudar. Meskipun demikian, pemulihan pasar masih akan dibayangi oleh volatilitas tinggi.
Investment Director Schroders Indonesia Irwanti mengatakan saat ini secara umum kondisi pasar saat ini menunjukkan sinyal baik yang mana IHSG sempat menembus level 5.000 dan yield obligasi 10 tahun makin mendekati 7 persen.
Penguatan ini salah satunya ditopang oleh optimisme dari para ekononom bahwa ekonomi dapat pulih dengan cepat, bahkan bakal membentuk pola V-shape ketika rebound pada 2021 mendatang.
Meskipun, jika dilihat year to date (ytd), koreksi IHSG masih yang terparah dibandingkan bursa lain di Asia. Adapun per akhir perdagangan Selasa (16/6/2020) kemarin IHSG tercatat telah terkoreksi 20,84 persen ytd.
“Tapi ini membuktikan bahwa secara relative valuation basis IHSG masih sangat menarik dibandingkan pasar negara berkembang atau pasar asia lain,” kata Irwanti dalam forum webinar, Rabu (17/6/2020)
Meskipun demikian, dia menilai dalam jangka pendek volatilitas masih akan tetap ada seiring sejumlah sentimen yang membayangi seperti risiko terjadinya gelombang kedua, memanasnya tensi Amerika Serikat-China, dan pemilu AS yang dilakukan tahun ini.
Baca Juga
Namun, dia melihat pasar sekarang ini sudah tak terlalu bereaksi dengan penambahan kasus baru Covid-19 dan lebih digerakkan oleh sentimen terkait pembukaan kembali ekonomi dan perkembangan pembuatan vaksin.
“Tiap ada kabar baru soal pembukaan ekonomi atau soal vaksin, pasar mengapresiasi. Sebaliknya, saat ada penambahan kasus pasar bergeming,” imbuhnya.
Dia menyarankan agar investor tetap bersikap defensif seiring dengan masih tingginya potensi volatilitas sembari menunggu kesempatan yang baik untuk melakukan akumulasi beli.
“Volatilitas itu bukan hal yang baru bagi pasar saham. Perlu diingat, di tengah tekanan pasar, saham selalu menjadi aset yang paling tinggi return-nya ketika pasar rebound nanti. Jadi jangan takut dengan volatilitas,” tukas Irwanti.
Adapun Irwanti tidak menyebutkan berapa target IHSG yang dipatok oleh Schroders hingga akhir 2020 nanti. Dia hanaya mengatakan proyeksi IHSG mereka akan mengacu pada proyeksi earning per share (EPS).
Dalam kesempatan yang sama, President Director Batavia Prosperindo Aset Manajemen Lilis Setiadi mengatakan perkembangan penanganan Covid-19 masih menjadi kunci utama misalnya apakah gelombang kedua akan muncul atau tidak dan bagaimana progress pembuatan vaksin.
“Ini yang akan menimbulkan banyak volatilitas di pasar saham,” kata Lilis.
Kalau Covid-19 sudah tertangani, ujar Lilis, diharapkan akan ada pola pemulihan pasar dengan pola U-shape karena setelah kemarin diberlakukan lockdown di beberapa negara dan PSBB di Indonesia, ekonomi akan pulih secara bertahap.
“Pasar sepertinya akan pulih setahap demi setahap, kemungkinan kita tak akan melihat pemulihan dalam bentuk V-shape,” tuturnya.
Lebih lanjut, Lilis mengatakan pihaknya mengasumsikan hingga akhir tahun nanti IHSG akan berada di kisaran 5.000—5.300, sedangkan yield obligasi 10 tahun akan bertahan di level 7,3—7,7 persen.
Senada dengan Irwanti, Lilis juga mengatakan meski proyeksi pasar modal ke depan terbilang positif, investor mesti benar-benar bersiap menghadapi volatilitas pasar yang berkelanjutan.
"Volatilitas bukan hal yang patut ditakuti, ini malah harus dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan dollar cost averaging. Selain itu, investor juga harus selalu mendiversifikasi portofolionya," tutur Lilis.