Bisnis.com, JAKARTA – Oracle Corp melaporkan penjualan di bawah perkiraan analis, menandakan bahwa pandemi dan resesi virus corona telah menekan penurunan pengeluaran banyak perusahaan pada teknologi informasi.
Dilansir dari Bloomberg, pendapatan perusahaan yang berbasis di Redwood City, California, tercatat turun sekitar 6,3 persen menjadi US$10,4 miliar pada periode tahun fiskal kuartal IV yang berakhir 31 Mei 2020.
Angka ini berada di bawah proyeksi analis yang dikumpulkan oleh Bloomberg, yang mencapai US$10,7 miliar. Saham Oracle melemah sekitar 4 persen dalam perdagangan after-hours setelah rilis laporan ini.
Chief Executive Officer Oracle Safra Catz dan Executive Chairman Larry Ellison telah berusaha untuk memperbarui pertumbuhan bisnis Oracle, yang merupakan produsen perangkat lunak terbesar kedua di dunia.
Pergeseran ke bisnis komputasi awan membuat raksasa teknologi yang berusia 43 tahun itu lengah dan hingga kini masih berjuang untuk mengalihkan pelanggan database yang ada ke penawaran berbasis cloud dan bersaing melawan Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp.
Perusahaan mampu meraih keuntungan ketika Zoom Video Communications Inc. mulai menggunakan layanan cloud dari Oracle bersama dengan Amazon untuk mengatasi tekanan pada kapasitas jaringannya di tengah permintaan konferensi video yang melonjak di masa pandemi virus corona.
Baca Juga
Di kuartal tersebut, penjualan lisensi cloud dan lisensi on-premise turun 22 persen menjadi US$1,96 miliar, menunjukkan perusahaan menandatangani lebih sedikit kesepakatan perangkat lunak baru.
Sementara itu, pendapatan dari layanan cloud dan dukungan lisensi meningkat 1 persen menjadi US$6,85 miliar, termasuk penjualan dari hosting data pelanggan di cloud, tetapi sebagian besar disumbang oleh biaya pemeliharaan perangkat lunak yang ditempatkan di server perusahaan klien.
"Bisnis kami secara keseluruhan sangat baik mengingat adanya pandemi, tetapi kinerja kami akan lebih baik kecuali untuk pelanggan di industri yang paling terpukul yang kami layani seperti perhotelan, ritel, dan transportasi yang menunda pembelian," kata CEO Catz dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Bloomberg.
"Itu adalah kuartal yang mengecewakan," kata analis di Neuberger Berman, Hari Srinivasan, yang telah menjadi investor Oracle jangka panjang.
"Kami memperkirakan adanya penurunan karena meskipun produk perangkat lunak Oracle penting bagi perusahaan, itu bukan menjadi fokus pengeluaran mereka. Sebagian besar perusahaan mengeluarkan uang untuk mendukung aktivitas work-from-home karyawan serta layanan cloud," lanjutnya.
Oracle mengatakan bahwa pendapatan dari software akuntansi dan perencanaan keuangan berbasis cloud naik 32 persen pada kuartal ini dari tahun sebelumnya. Pendapatan dari perangkat lunak pengelolaan karyawan meningkat 27 persen.