Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menegaskan pelemahan rupiah hari ini, Jumat (12/6/2020), ke kisaran Rp14.000 per dolar AS dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menegaskan pelemahan rupiah seharusnya hanya sementara karena pengaruh risk off atau sentimen global dari jatuhnya pasar saham AS, yang dipicu oleh gelombang kedua atau second wave wabah virus di Negeri Paman Sam yang telah menembus angka 2 juta orang terinfeksi.
Dia memastikan BI telah melakukan stabilisasi di pasar spot dan DNDF untuk memastikan rupiah tidak melamah terlalu tajam pada Jumat (12/6/2020).
Kendati ada gejolak eksternal, dia melihat ekonomi Indonesia tetap sound dan Rupiah dalam kondisi undervalued
"Rupiah seharusnya masih memiliki ruang menguat sesuai fundamentalnya, di mana defisit transaksi berjalan akan turun dan inflasi akan terjaga sangat rendah, sehingga secara fundamental rupiah masih undervalued," Nanang, Jumat (12/6/2020).
Neraca perdagangan Mei juga diperkirakan akan mengalami surplus signifikan, sejalan dengan proyeksi BI.
Baca Juga
BI memperkirakan defisit transaksi berjalan 2020 akan menurun menjadi di bawah 2,0 persen terhadap PDB, dari prakiraan sebelumnya 2,5 persen-3,0 persen terhadap PDB.
Ke depannya, dia menegaskan BI tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas rupiah dengan melakukan stabilisasi di pasar spot dan menyediakan likuiditas DNDF, dan juga di pasar obligasi bila terjadi pelepasan SBN oleh investor asing dalan skala besar.
"Hal ini untuk mencegah pelemahan rupiah yang terlalu tajam, yang bisa mengganggu kestabilan ekonomi dan sistem keuangan nasional," pungkas Nanang.
Pada pukul 11:31 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 184 poin atau 1,31 persen ke level Rp14.204 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,113 poin atau 0,12 persen ke level 96,846 pada pukul 11.20 WIB.