Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini bagai plot drama dalam serial televisi. IHSG melaju dengan meyakinkan di awal pekan, terkulai tiga hari, lalu menutup akhir pekan dengan kenaikan.
Walau demikian, IHSG secara keseluruhan tidak mampu mempertahankan posisi di level 5.000 yang sudah susah digapai. Ungkapan mempertahankan lebih sulit ketimbang merebut ternyata benar.
Pada Senin, (8/6/2020), IHSG berhasil parkir di level 5070. Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama karena indeks kemudian terus melemah sepanjang sisa pekan hingga sempat menyentuh level 4712.
Adapun pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (12/6/2020), indeks masih bergerak di zona merah hingga sesi pertama berakhir. Di sesi kedua, IHSG mengakhiri pergerakan di jalur hijau dengan posisi 4.880.
Secara akumulasi, sepanjang pekan ini IHSG tercatat turun 1,4 persen. Adapun investor asing membukukan aksi jual bersih yang terbilang tinggi, yakni mencapai US$122,2 juta, terbesar sejak 15 Mei lalu.
Kinerja IHSG terbiang anomali karena mayoritas indeks saham di Asia tertekan di zona merah. Misal, indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang melemah 0,75 persen dan 1,15 persen.
Baca Juga
Kemudian, indeks Shanghai Composite China turun tipis 0,04 persen, indeks Hang Seng Hong Kong melorot 0,85 persen, Kospi Korea Selatan anjlok 2,04 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia turun tajam 1,89 persen.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan di awal pekan lalu pasar masih optimistis dari reli pekan sebelumnya yang merespons pembukaan kembali aktivitas ekonomi.
Namun, pada hari-hari berikutnya, perdagangan mulai diwarnai oleh aksi profit taking. Di saat yang sama, sejumlah daerah di dunia kembali melaporkan adanya peningkatan kasus Covid-19.
Adapun di Indonesia tren serupa juga nampak, yang mana jumlah kasus baru Covid-19 tak menunjukkan penurunan dan malah terus membengkak sepanjang pekan. Hal tersebut kemudian menyebabkan investor khawatir.
“Ini mengapa Selasa, Rabu, Kamis, Jumat banyak yang keluar dan IHSG melemah terus,” kata Hans kepada Bisnis, Jumat (12/6/2020)
Selain itu, kata Hans, pasar juga semakin waswas usai mendengar pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve yang mengatakan bahwa pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona akan berlangsung lama.
Menurutnya, pasar merespons perkembangan yang terjadi dengan realistis. Apalagi dia menilai sektor riil masih sangat kocar-kacir dan sektor finansial masih penuh dengan spekulasi.
Meskipun demikian, dia memproyeksikan pada pekan depan IHSG bakal melanjutkan penguatannya. Namun, semua masih bergantung kepada bagaimana perdagangan di AS di akhir pekan ini.
“Kalau Dow Jones menguat, kemungkinan di awal pekan juga kita bisa menguat. Bisa jadi kembali tembus 5.000 tapi di akhir pekan bisa terkoreksi,” tukas Hans.
Sementara itu, dari sisi teknikal, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji juga mengatakan di awal pekan depan IHSG menunjukkan sinyal positif dan berpeluang untuk kembali bergerak di zona hijau.
Berdasarkan indikator, moving average masih menunjukkan sinyal positif. Sementara itu, Stochastic dan relative strength index (RSI) berada di area netral.
“Di sisi lain, terlihat bullish pin bar yang mengindikasikan adanya potensi penguatan lanjutan,” ujar Nafan.
Adapun berdasarkan rasio fibonacci, Nafan menyebut support pertama maupun kedua memiliki kisaran pada level 4778.71 hingga 4717.91. Sementara untuk resistance pertama maupun kedua memiliki kisaran pada 4975.54 hingga 5097.14.
“IHSG berpeluang menuju ke resistance [batas atas kenaikan] terdekat,” tutupnya.
Dus, secara teknikal IHSG berpeluang melanjutkan penguatan. Namun sentimen negatif bisa datang kapan saja, tanpa diduga seperti halnya alur cerita drama di layar kaca.