Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah tampak kehabisan tenaga untuk bertahan di zona hijau pada pekan ini, setelah berhasil menunjukkan keperkasaannya pada pekan lalu dan kembali ke level Rp13.000-an per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (10/6/2020) rupiah menjadi satu-satunya mata uang Asia yang melemah melawan dolar AS. Bahkan, pada pertengahan perdagangan rupiah sempat kembali menyentuh level Rp14.000 per dolar AS.
Adapun, rupiah terkoreksi 0,64 persen atau 90 poin dan parkir di level Rp13.980 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi di saat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,13 persen ke 96,165.
Kinerja kali ini telah membuat rupiah bertahan di zona merah selama 3 hari perdagangan berturut-turut, setelah mengalami reli yang cukup kuat pada pekan lalu.
Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah tampak masih terdepresiasi 0,81 persen. Kendati demikian, kinerja secara year to date tersebut masih menjadikan rupiah sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, tepat di bawah dolar Hong Kong yang menguat 0,53 persen dan dolar Taiwan yang menguat 1,1 persen.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pelemahan rupiah seiring dengan pasar yang merespon keluhan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto terkait nilai tukar yang terlalu kuat dalam beberapa perdagangan terakhir.
Baca Juga
Selain itu, rupiah juga dikelilingi katalis negatif dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap bertambahnya kasus positif Covid-19 di Indonesia yang mencapai rekor baru pada Selasa (9/6/2020), yaitu tambahan kasus hingga lebih dari 1.000 kasus baru terkonfirmasi.
“Pasar khawatir tambahan kasus baru itu akan membuat pembukaan ekonomi kembali dibatasi,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Rabu (10/6/2020).
Di sisi lain, pasar juga sedang menantikan hasil rapat moneter Bank Sentral AS pada Kamis (11/6/2020) pagi waktu Indonesia untuk mengetahui arah kebijakan The Fed selanjutnya yang bisa mempengaruhi keputusan investasi para pelaku pasar.
The Fed diproyeksi tidak akan memangkas suku bunga acuan, tetapi tetap akan memberikan komentar dukungan atas stimulus untuk membantu pertumbuhan ekonomi AS.
Ariston menjelaskan bahwa ekspektasi itu dapat meningkatkan kepercayaan diri pasar untuk terus berpihak kepada aset berisiko, termasuk rupiah. Oleh karena itu, rupiah diproyeksi masih mendapatkan kesempatan untuk menguat ke level Rp13.800-Rp14.100 per dolar AS pada perdagangan Kamis (11/6/2020).
Sementara itu, sepanjang pekan ini rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp13.700 - Rp14.100 per dolar AS.