Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Belum Beranjak dari Zona Merah

Rupiah masih melanjutkan koreksi dari perdagangan sebelumnya, turun 0,34 persen atau 47,5 poin ke level Rp13,937,5 per dolar AS.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih berada di zona merah pada perdagangan Rabu (10/6/2020), terus menguji untuk menembus level resisten kuat Rp14.000 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.19 WIB rupiah masih melanjutkan koreksi dari perdagangan sebelumnya, turun 0,34 persen atau 47,5 poin ke level Rp13,937,5 per dolar AS. Adapun, pada perdagangan kali ini rupiah dibuka di level Rp13.927,5 per dolar AS.

Pelemahan rupiah itu terjadi ketika indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,06 persen ke level 96,385.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sesungguhnya potensi rupiah untuk bergerak menguat sangat terbuka lebar pada perdagangan kal ini.

“Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.720 - Rp13.950 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (10/6/2020).

Dia menjelaskan bahwa aliran modal asing masih masuk ke Indonesia akibat rilis cadangan devisa Indonesia pada Mei yang naik menjadi US$2,6 miliar.

Sentimen itu pun berhasil menutupi katalis negatif dari perkiraan Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bakal mengalami fase yang mengkhawatirkan yaitu pertumbuhan ekonomi yang flat atau datar, di posisi 0 persen.

Bank Dunia juga mengatakan, kegiatan ekonomi internasional akan menyusut 5,2 persen tahun ini atau merupakan resesi terdalam sejak Perang Dunia II dan kontraksi output pertama di negara berkembang dalam enam dekade terakhir.

“Outlook yang dirilis bank dunia kalah menarik dengan rilis cadangan devisa Indonesia, sehingga arus modal asing kembali masuk ke pasar valas, obligasi, maupun SUN, kita bersyukur dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi di 4,75 persen menjadi surga bagi para investor asing,” jelas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper