Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. meyakini kinerja perseroan akan lebih baik pada kuartal II/2020 berkat posisi posisi likuiditas yang solid.
Pada kuartal I/2020, Chandra Asri melaporkan pendapatan bersih senilai US$476,83 juta, turun 13,7 persen dari US$552,21 juta periode yang sama tahun lalu.
Perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$17,83 juta pada kuartal I/2020. Posisi itu berbalik dari keuntungan US$17,26 juta periode yang sama tahun lalu.
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan perseroan telah menyiapkan tiga strategi kunci untuk memperbaiki kinerja perseroan di tengah tantangan bisnis akibat pandemi Covid 19 dan potensi perlambatan ekonomi global.
Sepanjang kuartal I/2020, Chandra Asri mencatat margin petrokimia yang lebih rendah karena beberapa tekanan. Margin tergerus karena volatilitas bahan baku, lemahnya permintaan perdagangan untuk polymer akibat perang dagang AS, dan aktivitas ekonomi yang lemah karena pandemi Covid-19.
“Tiga strategi kunci kami menghadapi Covid-19 adalah menjalankan bisnis continuity, operational excellence, dan memperkuat keuangan perseroan atau financial resilient,” ujar Suryandi saat media briefing, Jumat (5/6/2020).
Baca Juga
Dia menegaskan bahwa perseroan masih memiliki likuiditas penuh sebesar US$880 juta yang dapat menopang perseroan. Dana itu cukup tidak hanya sampai pada kuartal II/2020, tetapi untuk melewati ketidakpastian pasar berkepanjangan.
Likuiditas tersebut pun terdiri atas kas dan setara kas sebesar US$624 juta, Fasilitas kredit revolving yang tersedia sebesar US$225 juta, dan surat berharga sebesar US$31 juta.
Bahkan, Suryandi menjelaskan bahwa dengan posisi likuiditas tersebut perseroan masih dapat merampungkan proyek pabrik MTBE dan Butene-1 yang diprediksi selesai kuartal III/2020 dan proyek enclosure ground flare yang diprediksi rampung kuartal IV/2020.
Adapun, dari proyek tersebut perseroan telah menyerap US$46,2 juta dari alokasi capital expenditure (capex) tahun ini sebesar US$430 juta.
Selain itu, kinerja emiten berkode saham TPIA itu pada kuartal II/2020 diyakini akan mendapatkan manfaat dari rendahnya harga minyak mentah dunia yang belum sepenuhnya dapat dirasakan perseroan pada kuartal I/2020.