Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan sebagian besar para pemegang surat utang sukuk global perseroan menyetujui proposal perpanjangan tenor yang diajukan oleh perseroan. Surat utang senilai US$500 juta itu semula jatuh tempo Rabu (5/6/2020) lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan proposal consent solicitation terhadap certificate yang diterbitkan oleh Garuda Indonesia Global Sukuk Limited tersebut meminta persetujuan pemegang sukuk untuk memperpanjang tenor surat utang hingga 3 tahun mendatang.
“Faktanya, hari ini lebih dari 90 persen menyetujui (proposal tersebut). Dengan harapan setelah tiga tahun mendatang situasinya jauh lebih membaik,” ujarnya setelah Rapat Umum Pemegang Saham, Jumat (5/6/2020).
Kendati demikian, pihaknya masih menunggu keputusan formal dalam Rapat Umum Pemegang Sukuk yang akan berlangsung Rabu (10/6/2020) mendatang.
Irfan pun mengakui pendapatan perusahaan burung besi tersebut menurun drastis. Ia menuturkan, utilitas perusahaan sangat rendah yang mana 70 persen dari pesawat Garuda Indonesia sudah diistirahatkan (grounded) mengantisipasi penumpang yang tidak terlalu banyak dalam beberapa minggu terakhir.
“Kita berharap setelah tanggal 7 Juni, Kementerian Perhubungan, Gugus Tugas Covid-19 melakukan policy baru di new normal ini memungkinkan kita terelaksasi,” sambungnya.
Baca Juga
Dia juga menyebutkan jumlah penumpang pesawat menurun drastis hampir 90 persen. Hal ini membuat perseroan memutar otak untuk lebih fokus pada bisnis kargo, charter, dan usaha pemulangan Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia.
“Kami juga merilis inisiatif baru yang kita sebut dengan KirimAja, memaksimalkan kargo dan isiannya, dimana interaksi kita perdalam sampai ke pemilik barang,” terang Irfan.
Dengan rute domestik dan internasional yang dimiliki Garuda Indonesia Grup, perseroan percaya layanan kargo KirimAja dapat membantu masyarakat yang ingin berkirim barang sebagai tanda tali kasih menutupi keterbatasan fisik yang dimiliki saat ini.
Di sisi lain, Irfan pun menyatakan bahwa Garuda Indonesia bukanlah perusahaan yang istimewa yang mampu keluar dari masalah-masalah yang membelit industri penerbangan global saat ini. Bentuk efisiensi pegawai juga saat ini sudah ditempuh perseroan dalam usaha memperkecil risiko dalam menghadapi pandemi.