Bisnis.com, JAKARTA — Moody's Investor Service menetapkan peringkat Baa2 untuk PT United Tractors Tbk. (UNTR) dengan prospek atau outlook stabil.
Analis Moody's Investor Service Stephanie Cheong mengatakan penetapan peringkat itu merupakan cermin dari kinerja UNTR yang memiliki neraca kas yang kuat dan pangsa pasar yang kokoh di industri jasa penambangan dan alat berat. Selain itu, profil likuiditas yang baik dapat mengurangi dampak gangguan yang disebabkan oleh virus corona dan harga batubara yang lemah.
"Komitmen jangka panjang UNTR yang konservatif dan transparan serta minimnya ketergantungan pada utang luar negeri memberikan dampak yang signifikan untuk pendapatan yang lemah dan arus kas yang diharapkan pada tahun 2020," kata Cheong melalui keterangan resmi, pada Kamis (28/5/2020).
Menurutnya UNTR telah mempertahankan leverage sesuai dengan rasio utang terhadap EBITDA di bawah 1,5 kali selama 15 tahun terakhir. Adapun pada 31 Maret 2020,leverage yang disesuaikan berada pada 1,1 kali dengan saldo tunai lebih dari utang yang dilaporkan.
Namun, penurunan harga batubara akan membebani jasa pertambangan dan usaha perdagangan batu bara. Pasalnya, pada saat yang sama, permintaan untuk peralatan pertambangan dan konstruksi akan terus melemah karena perusahaan pertambangan menunda rencana modal pengeluaran. Aktivitas konstruksi juga ditangguhkan atau ditunda karena wabah virus corona.
Sementara itu, bisnis pertambangan emas dan konstruksi tidak terpapar secara berarti ke sektor batubara. Menurutnya segmen itu tetap rentan untuk gangguan operasional terkait coronavirus dan melemahnya kondisi makro.
Baca Juga
Cheong menjelaskan berdasarkan asumsi utang/EBITDA akan melemah secara signifikan menjadi sekitar 1,6 kali pada 2020 dari 1,1 kali pada 31 Maret 2020. Namun asumsi itu tetap dalam ambang peringkat Baa2, yaitu sebesar 2,0 kali.
Moody's, lanjutnya, mengharapkan permintaan batubara termal akan kembali normal dan harga akan mendukung kredit metrik United Tractors pada 2021.
Moody's juga mengharapkan United Tractors untuk mempertahankan likuiditasnya yang sangat baik didukung oleh uang tunai sekitar Rp17,1 triliun atau US$1,1 miliar, fasilitas pinjaman US$300 juta dengan jatuh tempo Oktober 2023, dan pinjaman sebesar US$400 juta yang belum ditarik yang jatuh November 2021.
"Likuiditas selanjutnya didukung oleh langkah-langkah pengendalian kas perusahaan selama pandemi, termasuk pengurangan 40 persen dalam modal yang direncanakan pengeluaran untuk tahun 2020 menjadi Rp4,0 triliun," pungkasnya.