Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atur Portofolio, Manajer Investasi Lebih Pilih Saham Sektor Defensif

Saham-saham di sektor defensif menjadi pilihan para manajer investasi di tengah gejolak pasar saat ini.
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham di sektor defensif menjadi pilihan para manajer investasi di tengah gejolak pasar saat ini.

CIO Eastspring Investments Indonesia Ari Pitojo mengatakan pihaknya menyesuaikan kembali portofolio aset kelolaannya seiring dengan perkembangan pasar saat ini.

Dia menyebut saat ini portofolio Eastspring bersandar pada sektor-sektor defensif karena dinilai lebih tahan banting dalam kondisi ekonomi yang tengah mengalami perlambatan, seperti sektor berbasis konsumsi, kesehatan dan komunikasi.

“Dan dalam hal pemilihan saham, kami lebih menyukai saham-saham yang berfundamental baik dan mempunyai pendanaan yang kuat,” ucapnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Selain itu, kata Ari, pihaknya juga melihat adanya peluang bagi beberapa perusahaan yang dapat merestrukturisasi kembali bunga pinjaman di masa suku bunga yang rendah dan yang dapat menikmati stimulus dari pemerintah.

Dia mengaku masih optimistis optimistis kondisi pasar masih akan berbalik. Menurutnya, jika berkaca pada pandemik sebelumnya, dia memperkirakan pasar saham akan pulih kembali dalam jangka menengah—panjang seperti yang terjadi pada SARS tahun 2003.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P Tamba menyatakan saat ini kondisi ekonomi masih sangat sulit untuk ditebak sehingga lebih baik memilih potofolio yang defensif.

Untuk instrumen berbasis saham, meski alokasinya tak besar, Marsangap mengatakan mereka bermain konservatif dengan berinvestasi hanya di saham-saham berkapitalisasi jumbo yang menjadi penghuni indeks LQ45.

Namun, di antara saham-saham big caps tersebut, saat ini DIM cenderung menghindari saham perbankan karena saat ini dinilai cukup menjadi pemberat. Alih-alih, DIM memilih saham-saham di sektor lain yang cukup stabil seperti konsumer dan telkomunikasi.

Per akhir April 2020, porsi investasi DIM ke instrumen berbasis saham tercatat hanya sekitar 8 persen. Sementara mayoritas sisanya mengalir ke instrumen berbasis suku bunga (62 persen) dan investasi alternatif (30 persen).

Marsangap mengatakan DIM lebih fokus pada produk reksa dana berbasis suku bunga karena cenderung lebih stabil di saat kondisi pasar yang bergejolak seperti saat ini. Pun, mayoritas produk perseroan merupakan produk tertutup (close end) seperti reksadana terproteksi yang mana portofolio mayoritasnya merupakan obligasi dan efek hutang.

“Tapi kami terus memantau perkembangan pasar, tentu kalau kondisi mulai baik ddan stabil tidak menutup kemungkinan untuk menambah atau kembali masuk (ke instrumen berbasis saham),” tukasnya.

Sementara untuk yang berbasis saham, meski alokasinya tak besar, Marsangap mengatakan mereka juga bermain konservatif dengan berinvestasi hanya di saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi penghuni indeks LQ45.

Namun, di antara saham-saham big caps tersebut, DIM cenderung menghindari saham perbankan karena saat ini dinilai cukup menjadi pemberat. Alih-alih, DIM memilih saham-saham di sektor lain yang cukup stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper