Bisnis.com, JAKARTA - Emiten barang konsumer PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) akhirnya menyepakati perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Pinehill Corpora Limited dan Steele Lake Limited.
Harga pembelian seluruh saham telah disepakati sebesar US$2,99 miliar atau setara dengan Rp44,33 triliun (asumsi kurs Rp14.785 per dolar AS). Jumlah ini akan dibayarkan untuk saham yang dijual Pinehill Company sebesar US$1,53 miliar atau setara dengan Rp22,61 triliun, serta saham yang dijual Steele Lake sebesar US$1,47 miliar atau setara dengan Rp21,72 triliun.
Dalam surat keterangan resmi yang ditandatangani oleh Corporate Secretary ICBP Gideon A. Putro di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan menyampaikan sumber pembiayaan untuk pembayaran harga pembelian sebesar US$300 juta (Rp4,43 triliun) akan menggunakan dana kas perseroan yang dihasilkan dari kegiatan usaha. Adapun, sisanya akan dibiayai dari fasilitas pinjaman dari lembaga perbankan.
“Sampai dengan tanggal keterbukaan informasi ini, perseroan masih dalam tahap diskusi dengan para potensial kreditur dan belum ada ketentuan yang bersifat definitif di antara beberapa pihak,” tulis manajemen, Jumat (22/5/2020).
Untuk diketahui, hingga 31 Maret 2020, Indofood CBP memiliki total aset sebesar Rp42,1 triliun, dan total liabilitas sebesar Rp13,32 triliun. Adapun, kas akhir periode perseroan mencapai Rp8,87 triliun.
Analis BNI Sekuritas William Siregar berpendapat pihaknya tetap netral menanggapi akuisisi anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tersebut dengan grup Pinehill.
Baca Juga
“Kita assume kalau 90 persen dari transaction dari utang, dengan asumsi interest rate at least 5 persen, itu interest expense masih di US$121,4 million, slightly less from its profit guarantee of US$128 million,” ujar William kepada Bisnis, Senin (25/5/2020).
Kendati demikian, William meyakini prospek menengah dan jangka panjang produsen Indomie tersebut kian cemerlang. Dia menyatakan pasar Indonesia saat ini sudah cukup mature. Sehingga, Indofood CBP diproyeksikan akan lebih agresif dalam memasarkan produknya ke kawasan timur tengah dan menambah pangsa pasar secara global.
“Prospek kita pikir masih akan menarik di 2020, meskipun pertumbuhannya akan lebih rendah dari 2019. Kita pikir aksi korporasi akuisisi Pinehill juga akan tetap menarik untuk compensate potential market outside Indonesia. Prospek di middle east itu masih menarik sekali, karena jumlah potensi market-nya double than Indonesia,” jelasnya.
Seperti yang dilakukan perseroan pada kuartal pertama tahun ini, Indofood CBP kemungkinan akan melanjutkan efisiensi agar bisa menjaga penjualannya tetap stabil pada kuartal ini. Dia menilai pertumbuhan laba Indofood CBP sebesar 48,26 persen secara tahunan ditopang oleh efisiensi dan pendapatan lain dari keuntungan selisih kurs selama triwulan pertama.
“Kalau dari 2 kali aksi korporasi terakhir Indofood, harga sahamnya (setelah pengumuman akuisisi) selalu bereaksi negatif, at least minus 5 persen. Jadi kemungkinan besar besok (harga sahamnya) akan demikian (terkoreksi),” imbuhnya.
Senada, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyatakan kemungkinan besar potensi debt to equity ratio Indofood CBP akan semakin membengkak.
“Tapi, kalau perseroan mampu ekspansif ke luar negeri maka masih bisa diapresiasi,” ujar Nafan kepada Bisnis, Senin (25/5/2020).
Nafan sendiri belum bisa memastikan harga saham emiten tersebut akan terkoreksi pada perdagangan esok hari karena laju pergerakannya akan sangat bergantung pada sentimen eksternal dan makroekonomi domestik.
“Pada februari lalu, harga sahamnya anjlok akibat sentimen pasar yang berasumsi ICBP akan mengakuisisi di harga premium. Tapi, pada tanggal 26 dan 27 Maret sudah berhasil rebound ICBP-nya,” jelas Nafan.
Karenanya, Nafan merekomendasikan tahan atau mencicil saham ICBP dengan area beli Rp9.600 dan target profit hingga Rp10.750 dalam jangka pendek dan menengah.