Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk. telah menggelontorkan belanja modal sebanyak Rp2,74 triliun sepanjang kuartal I/2020.
Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Ghifari mengatakan lebih dari separuh belanja modal yang dikeluarkan pada kuartal I/2020 berasal dari dana akuisisi menara milik PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Adam menyebut, dari 1.723 menara yang diakuisisi oleh perseroan, sebanyak 1.399 unit sudah diserahkan. Adapun sisa penyerahan akan berlangsung pada kuartal II/2020. Dengan begitu, lanjutnya, ada tambahan penerimaan pendapatan yang bisa dibukukan.
“Rp2,1 triliun untuk akuisisi tower XL lalu Rp500 miliar untuk pembangunan tower dan fiber optic,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (20/5/2020).
Dia mengungkapkan, perseroan tidak menutup peluang untuk kembali mengakuisisi menara. Namun hal itu akan tergantung pada pemilik menara. Jika ada tender penjualan menara, perseroan bakal berpartisipasi.
Menurut Adam , perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp3 triliun sampai dengan Rp3,5 triliun khusus untuk pembangunan menara dan fiber optik secara organic.
Baca Juga
Dalam tiga bulan pertama 2020, emiten bersandi saham TOWR itu telah embangun 1.300 menara baru. Adapun hingga akhir tahun, TOWR menargetkan pembangunan 700 hingga 1.700 menara baru.
Target tersebut diusung sejalan dengan rencana perseroan untuk penyelesaian 2.000 hingga 3.000 titik sewa menara baru.
Sementara untuk bisnis fiber optik, TOWR sudah menyelesaikan jaringan sepanjang 30.600 kilometer pada kuartal I/2020. “kami punya keinginan untuk menyelesaikan 40.000 km sampai akhir Desember 2020 jadi masih ada pembangunan 9.400 km lagi,” katanya.
Berdasarkan data operasional perseroan, jumlah menara paling banyak berada di Jawa sebesar 10.464 menara, kemudian di Sumatra 4.497 menara. Menara TOWR juga tersebar di, Kalimantan sebanyak 1.956 menara dan sebanyak 3.477 di lokasi lainnya.
Secara umum, TOWR mengklaim kinerja perseroan tidak terganggu dampak dari pandemi virus corona (Covid-19). Pasalnya perseroan memiliki opsi untuk pembelian material sedangkan alat-alat berasal dari operator.
“Selama masa pandemi ini memang ada biaya ekstra yang dikeluarkan untuk pembangunan, tapi jumlahnya sedikit,” pungkasnya.