Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kompak! Pasar Saham AS dan Minyak Ditutup Menguat pada 15 Mei

Penutupan pasar saham, komoditas dan obligasi Amerika Serikat, cenderung kompak
Indeks S&P 500 tergelincir dari level tertingginya dalam 7 pekan. - Reuters
Indeks S&P 500 tergelincir dari level tertingginya dalam 7 pekan. - Reuters

Bisnis.com, JAKARTA— Pasar saham dan minyak ditutup menguat pada penutupan pasar Jumat (15/5/2020).

Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (16/5/2020), indeks S&P 500 menghijau namun masih mencatatkan pekan terburuk sejak Maret hanya sebelum reli.  

Indeks S&P 500 menguat tipis 0,39 persen ke level 2.63,70. Adapun, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,25 persen ke posisi 23.685,42 dan indeks Nasdaq Composite terkerek 0,79 persen ke level 9.014,56.

Menariknya, saham Sorrento Therapeutics naik 158 persen di tengah klaim pengembangan antibodi virus corona. Sebelumnya, saham terkoreksi karena penjualan eceran dan produksi pabrik mencatatkan penurunan terdalam.

Sementara itu, Amerika Serikat memilih untuk membatasi pasokan cip Huawei Technologies meningkatkan tekanan pada perusahaan semikonduktor.

Di sisi lain, The Fed merilis peringatan bahwa saham dan aset lainnya akan menghadapi penurunan harga signifikan dengan pasar real estat yang terhantam paling parah.

Kondisi pasar juga dibayangi kenaikan tensi dua ekonomi terbesar di dunia pun menimbulkan konsen yang bahkan lebih besar dari resesi global. Hal lain yang turut memengaruhi pergerakan pasar saham yakni rilis Asian Development Bank (ADB) terkait dengan kerugian dunia akibat pandemi virus corona sebesar US$8,8 triliuun.

Kepala Strategi Alokasi Aset Global Wells Fargo Investment Institute, Tracie McMillion mengatakan investor harus mempertimbangkan faktor China.

“Kami mendapatkan data pekan yang menekankan kesulitan ekonomi yang terjadi saat ini,” katanya.

Kondisi pasar saat ini semakin sensitif terhadap kondisi ekonomi yang telah turun dua kali setara dengan acuan reguler.

Direktur Strategi Pasar Miller Tabak Matt Maley mengatakan hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tajam jadi ketika pertumbuhannya tidak meluas, itu bukanlah ekonomi yang sehat.

“Reli tajam biasanya tanda bearish,” katanya.

Investor masih dihantui masalah terkait dengan resesi kendati beberapa negara bagian dan negara di dunia mulai menjalankan bisnis kembali, investor masih dibayangi hubungan China dan Amerika Serikat. Strategist Bloomberg Intelligence Gina Martin Adams mengatakan nilai saham masih terlalu lemah akibat ekonomi belum pulih.

“Peningkatan pada kurva selisih imbal hasil, inflasi dan revisi laba akan dibutuhkan,” katanya.

Pasar juga ditutup dengan penguatan indeks dolar sebesar 0,3 persen dan yield Tresuri 10 tahun AS terkerek 0,63 persen. Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 7,4 persen ke level US$29,61 per barel dan harga emas terangkat 0,7 persen ke US$1.753,3 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper