Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk. mencetak rugi bersih sebesar Rp8,65 miliar sepanjang 2019.
Kinerja emiten berkode saham APLN itu berbalik 180 derajat dari posisi tahun sebelumnya yang masih mencetak laba bersih Rp41,60 miliar. Dengan begitu laba per saham yang semula Rp2,15 berubah menjadi rugi per saham Rp0,45.
Penurunan bottom line perseroan disebabkan oleh menurunnnya total penjualan sebesar 24,70 persen. Pada 2019 perseroan membukukan total penjualan Rp3,79 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp5,03 triliun.
Segmen apartemen yang tahun sebelumnya menopang penjualan sebesar Rp2,43 triliun turun menjadi Rp1,42 triliun. Begitu juga dengan rumah tinggal dari posisi Rp655,06 miliar menjadi Rp248,79 miliar. Dengan begitu pos penjualan bersih menyumbang Rp2,46 triliun turun 29,4 persen dibandingkan 2018.
Pos pendapatan usaha atau recurring income membukukan Rp1,32 triliun turun 14 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan segmen hotel dari posisi Rp657,54 miliar menjadi Rp450,78 miliar.
Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land Justini Omas mengatakan penurunan pos penjualan bersih disebabkan oleh penurunan marketing sales pada 2019. APLN mencetak marketing sales sebesar Rp1,94 triliun belum termasuk PPN. Jumlah itu turun 18,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp2,39 triliun.
Baca Juga
Sementara itu penurunan recurring income, lanjutnya, karena perseroan sudah menjual Sofitel Nusa Dua Bali Beach Resort pada kuartal I/2019. Hal itu yang menyebabkan pendapatan usaha perseroan menjadi terkoreksi.
Meski demikian, perseroan telah berupaya menekan pengeluaran dengan mengefisiensikan beban pokok penjualan sebesar 30 persen menjadi Rp1,83 triliun. Begitu juga dengan beban penjualan yang turun 22,51 persen menjadi Rp203,13 miliar dan beban umum turun 2,75 persen menjadi Rp987,70 miliar.
Total liabilitas APLN mencapai Rp16,62 triliun dengan liabilitas jangka pendek Rp4,90 triliun dan jangka panjang Rp11,71 triliun. Adapun total aset mencapai Rp29,46 triliun dengan aset lancar Rp8,17 triliun dan aset tidak lancar Rp21,28 triliun.
Perseroan mendapatkan kas bersih dari aktivitas operasi Rp484,48 miliar. Namun, APLN menghabiskan Rp721,92 miliar untuk belanja modal sepanjang 2019. Dengan begitu kas dan setara kas akhir periode menjadi Rp849,71 miliar.
Di sisi lain, lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service telah menurunkan status notes perseroan sebesar US$300 juta yang jatuh pada 2024 dari posisi B2 menjadi B3.
Moody menyatakan bahwa penurunan peringkat mencerminkan peningkatan risiko likuiditas perusahaan selama 12 bulan ke depan karena jatuh tempo pinjaman yang dijamin dari Credit Opportunities II Pte. Mereka juga berekspektasi arus kas operasi yang lebih lemah terutama karena pembatasan perjalanan dan ketakutan akan penularan yang disebabkan oleh wabah koronavirus.
Finalisasi penjualan salah satu properti komersial masih berlangsung. Dana hasi penjualan akan digunakan sebagian untuk mengurangi total hutang untuk meningkatkan peringkat kreditnya.