Bisnis.com, JAKARTA - PT Adi Sarana Armada Tbk. meneken perjanjian kredit dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. senilai Rp1 triliun.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (4/5/2020), Adi Sarana Armada melaporkan penandatanganan perjanjian kredit dengan Bank Mandiri senilai Rp1 triliun pada 30 April 2020. Tujuannya, untuk pembiayaan pembelian unit kendaraan baru.
Hindra Tanujaja, Corporate Secretary Adi Sarana Armada menjelaskan bahwa terdapat beberapa dampak atas fasilitas kredit yang diterima perseroan. Pertama, pembelian unit kendaraan untuk disewakan kepada pelanggan perseroan.
“Kedua, revenue atau pendapatan perseroan meningkat sehingga kegiatan usaha perseroan berkembang,” jelasnya melalui keterbukaan informasi yang dikutip, Senin (4/5/2020).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, emiten berkode saham ASSA itu mengalami penurunan laba bersih 23 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp110,4 miliar pada 2019. Kondisi itu disebabkan kenaikan bunga untuk membiayai investasi.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, Presiden Direktur Adi Sarana Armada Prodjo Sunarjanto mengatakan bahwa kenaikan bunga terjadi karena perseroan berinvestasi cukup besar pada tahun lalu untuk lini bisnis pengiriman kilat, Anteraja.
Baca Juga
Selain itu, perseroan mengakuisisi balai lelang jepang atau JBA yang kemudian dimerger dengan balai lelang milik perseroan, yakni BidWin. Hasil penggabungan usaha kedua entitas tersebut adalah PT JBA Indonesia.
“Sehingga untuk itu pembiayaan dari bank meningkat, beban bunga dan biaya personalianya. Namun, strategi yang kami terapkan pada akhir 2018 untuk setiap lini usaha mulai memberikan hasil yang positif tahun lalu,” jelasnya melalui siaran pers, Selasa (31/3/2020).
Dia mengatakan bahhwa tantangan pada tahun ini tidak akan lebih mudah karena adanya pandemi COVID-19 atau virus corona. Meski begitu, perseroan tetap optimistis pilar bisnis mobilitas, lelang, dan logistik yang mengarah ke end-to-end akan tetap tumbuh stabil.
Mewabahnya pandemi virus corona pada awal tahun ini rupanya cukup berkontribusi positif terhadap penjualan mobil bekas pada. Dia menuturkan hal ini terjadi seiring meningkatkan permintaan karena masyarakat beralih dari angkutan umum ke kendaraan pribadi.
Prodjo mengatakan bahwa sepanjang tahun lalu kontributor pendapatan terbesar adalah jasa sewa kendaraan mobil penumpang dan autopool sebesar 54 persen.
Kontriubutor pendapatan terbesar selanjutnya adalah penjualan kendaraan bekas sebesar 17 persen, sewa juru mudi 13 persen, jasa logistik 7 persen, jasa lelang 6 persen, jasa express delivery 3,6 persen, dan bisnis baru Share Car & Caroline.id 0,03 persen.
Dia menjelaskan bahwa lini bisnis logistik mengalami penurunan 14 persen secara tahunan pada 2019. Namun, hal ini mampu diimbangi dengan pertumbuhan bisnis Anteraja yang menyumbang pendapatan sebesar Rp83 miliar.
Perseroan memaksimalkan utilisasi truk dan kendaraan logistik untuk menunjang lini bisnis pengiriman kilat tersebut.
Prodjo menuturkan perseroan akan tetap berekspansi pada tahun ini dengan menganggarkan belanja modal sebesar Rp2 triliun. Mayoritas belanja modal ini akan diserap untuk kebutuhan pembelian armada baru.
“Rp1,4 triliun dipakai untuk segmen transportasi dengan membeli armada baru sebanyak 6.500—7.000 unit kendaraan. Selebihnya, Rp600 miliar untuk modal anak perusahaan atau bisnis baru seperti express delivery, online car sharing, dan online automotive marketplace,” ujarnya.