Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga minyak mentah dunia yang cukup signifikan dapat dijadikan momentum bagi beberapa emiten untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik.
Salah satu emiten yang mendapat benefit dari penurunan harga minyak adalah PT Panca Budi Idaman Tbk. produsen kantong plastik.
Lukman Hakim, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Panca Budi Idaman Tbk. mengatakan bahwa penurunan harga minyak mentah dunia akan berpengaruh terhadap harga bahan baku biji plastik sehingga akan menekan beban produksi perseroan.
Untuk diketahui, beban pokok penjualan emiten bersandi saham PBID terpantau naik 8,38 persen menjadi Rp4,03 triliun pada 2019.
Adapun, komponen minyak dan gas berkontribusi sebesar 85 persen hingga 88 persen dari cost of good sold (COGS) perseroan. Dengan demikian, di tengah pelemahan harga minyak saat ini profitabilitas perseroan berpotensi menjadi lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Namun, seberapa besar peningkatan margin tahun ini, kami masih akan melakukan monitoring lebih seksama terlebih dahulu terhadap permintaan dan kondisi pasar saat ini yang sulit diprediksi,” ujar Lukman saat dihubungi Bisnis, Rabu (29/4/2020)
Baca Juga
Di sisi lain, pendapatan PBID pada 2019 tercatat naik 6,42 persen menjadi Rp4,63 triliun. Kendati demikian, kenaikan pendapatan berbanding terbalik dengan laba perseroan yang tercatat turun.
Laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk pada 2019 sebesar Rp223,62 miliar atau turun 24,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp297,62 miliar.
Untuk diketahui, sepanjang tahun berjalan 2020 harga minyak telah terkoreksi hingga 77,24 persen. Pada pertengahan April, harga minyak berjangka untuk kontrak pengiriman Mei 2020 sempat diperdagangkan di area negatif, yaitu di level -US$34 per barel.
Adapun, pada perdagangan Rabu (29/4/2020) hingga pukul 19.09 WIB, harga minyak WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex berada di level US$14,25 per barel menguat 15,48 persen, sedangkan harga minyak Brent kontrak Juni 2020 di bursa ICE naik 4,59 persen ke level US$21,40 per barel.