Bisnis.com, JAKARTA - Philip Morris International (PMI) pemegang saham pengendali emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) baru saja merilis laporan keuangan konsolidasiannya untuk kuartal I/2020. Dari laporan tersebut, penjualan HM Sampoerna turun 7,6 persen dibadningakn dengan kuartal I/2019.
Secara keseluruhan, pendapatan konsolidasian PMI naik tipis. Pada periode tiga bulan pertama tahun 2020, pendapatan PMI naik 6 persen menjadi US$7,15 miliar. Laba operasi pun melonjak 36 persen menjadi US$2,78 miliar.
Chief Executive Officer PMI André Calantzopoulos melalui rilis laporan keuangannya mengatakan perseroan memulai tahun 2020 dengan baik melalui pertumbuhan kinerja keuangan berkelanjutan.
“Dampak pada tahap awal pandemi Covid-19 untuk kinerja kami terbatas, yakni dengan permulaan pembatasan jarak sosial dan perjalanan dari pemerintah yang umumnya diberlakukan oleh pasar utama kami selama bulan Maret,” ujarnya.
Berdasarkan data, total volume penjualan rokok secara keseluruhan di Indonesia turun 0,6 persen menjadi 67,2 miliar batang rokok pada kuartal I/2020. Dengan demikian, volume penjualan HMSP di dalam negeri juga ikut melandai.
Volume penjualan HMSP menurun 7,6 persen menjadi 20,4 miliar batang rokok pada awal 2020 dari 22,1 miliar batang rokok pada awal 2019. Hal ini menyebabkan pangsa pasar HMSP kembali melorot sebesar 2,3 persen menjadi 30,4 persen dari semula pada posisi 32,7 persen pada 2019.
Baca Juga
Di sisi lain, volume rokok jenama Dji Sam Soe turun 7,2 persen menjadi 6,17 miliar batang rokok pada kuartal pertama tahun ini. Adapun, pada periode yang sama tahun sebelumnya jenama ini menyumbang volume penjualan sebesar 6,65 miliar batang rokok.
Performa Dji Sam Soe di Indonesia terlebih untuk varian Dji Sam Soe Magnum Mild merosot tercermin dari perubahan pola konsumsi perokok dewasa yang mulai mengkonsumsi rokok dengan harga super murah. Hal ini disebabkan oleh pemberlakukan kenaikan tarif rata-rata cukai hasil tembakau yang akhirnya membuat harga jual eceran (HJE) meningkat.
Sementara, volume penjualan jenama Sampoerna A mengalami kenaikan pada kuartal pertama tahun ini sebesar 8,2 persen secara tahunan menjadi 8,54 miliar batang rokok.
Kenaikan volume penjualan jenama Sampoerna A ini diyakini terutama didorong oleh varian A Mild premium yang mencerminkan penurunan kesenjangan harga secara langsung ke merek menengah dan rendah yang kompetitif.
Secara garis besar, pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara sendiri menyumbang US$1,25 miliar pendapatan bersih hingga akhir Maret tahun ini, naik 12,4 persen, dibandingkan periode yang sama tahu lalu sebesar US$1,11 miliar.
Meski volume penjualannya menurun 9,4 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019, volume penjualan rokok dan produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco) PMI di Asia Selatan dan Asia Tenggara masih menjadi yang paling besar dengan persentase 21,63 persen dari total volume penjualan PMI di seluruh dunia.