Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modernland (MDLN) Siap Lunasi Utang Pakai Kas Internal

Total liabilitas jangka pendek Modernland mencapai Rp2 triliun per akhir 2019 lalu. Selain menggunakan kas internal, Modernland juga menyiapkan opsi lain untuk melunasi utang.
Logo Modernland/ Istimewa
Logo Modernland/ Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Modernland Realty Tbk. optimistis dapat membayar kewajiban utang dengan menyiapkan dana dari kas internal. 

Berdasarkan laporan keuangan 2019, perseroan total liabilitas mencapai Rp8,87 triliun. Liabilitas jangka pendek mencapai Rp2,00 triliun dengan liabilitas jangka panjang sebesar Rp6,87 triliun.

Emiten berkode saham MDLN itu memiliki utang obligasi dan bank sebesar Rp250 miliar. Lalu beban yang harus dibayar mencapai Rp951 miliar pada liabilitas jangka pendek. Akan tetapi kas dan setara kas akhir periode 2019 hanya mencapai Rp553 miliar.

Investor Relations Department Head Modernland Realty Eliza Saliman optimistis perseroan bisa membayarkan kewajiban tersebut. Pasalnya, perseroan masih menerima pemasukan dari hasil penjualan tahun lalu dan kuartal I/2020.

"Hingga saat ini kami tetap menerima pembayaran dari sales yang dibukukan pada tahun sebelumnya dan sales kuartal pertama tahun in, sehingga prioritas kami terkait pelunasan kewajiban hingga saat ini adalah menggunakan kas internal," katanya kepada Bisnis,  Selasa (28/4/2020).

Eliza menambahkan perseroan juga mempersiapkan skenario lainnya. Misalnya, refinancing utang ditambah penjualan beberapa lahan yang potensial dengan nilai signifikan. Skema ini,lanjut Eliza akan terlaksana pada tahun ini.

Di sisi lain, lembaga pemeringkat Moody's Investor Service telah menurunkan peringkat kredit MDLN dari B2 ke B3 dengan outlook negatif.

Moody’s Vice President and Senior Credit Jachinta Poh mengatakan dua per tiga emiten sektor properti memiliki utang dollar sedangkan pendapatan berbasis rupiah. Hal ini, lanjutnya, akan memperlemah kemampuan membayar utang para emiten properti.

“Rupiah telah melemah sekitar 15 persen, menjadi yang terlemah sejak krisis finansial pada 1998 di sekitar Asia. Tekanan yang tinggi terhadap nilai tukar dapat mempengaruhi resiko emiten properti saat ini,” katanya 

Menurutnya bila rupiah terus melemah ke Rp17.000 terhadap dolar AS hanya dua dari enam pengembang yang akan tetap berada dalam batas leverage yaitu PT Pakuwon Jati, Tbk. (PWON) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE). Keduanya memiliki peringkat Ba2 dan Ba3.

“PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) dan PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) akan menjadi yang paling terekspos jika rupiah terdepresiasi ke 17.000,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper