Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilisasi Turun Hingga 62 Persen, Wika Beton (WTON) Atur Strategi Hadapi Dampak Pandemi

Sepanjang Maret, utilisasi pabrik perseroan hanya mencapai kisaran 62—63 persen dari kapasitas terpasang sebesar 4 juta ton per tahun. Pada Januari—Februari, utiliasi pabrik mencapai kisaran 80 persen.
Pekerja melintas di dekat tumpukan beton di pabrik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melintas di dekat tumpukan beton di pabrik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya Beton Tbk. menyatakan bahwa masih menyebarnya pandemi virus corona sudah dapat dipastikan akan membuat kinerja keuangan perseroan pada tahun ini mengalami penurunan.

Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Beton Yuherni Sisdwi Rachmiyati mengatakan bahwa perseroan telah mengkaji berbagai skenario terkait dampak Covid-19. Dalam skenario paling ringan, perseroan masih bisa membukukan laba dengan besaran yang sama dengan tahun lalu apabila pandemi mulai berhenti pada Mei.

“Tapi skenario untuk Mei kayanya akan lewat nih, sekarang saja trennya masih naik. Skenario selanjutnya akan selesai di Agustus atau worst case-nya di Oktober, kami diminta manajemen untuk membuat kalkulasinya seperti apa,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (23/4/2020).

Menurutnya, dengan demikian, akan sulit bagi perseroan untuk minimal membukukan kinerja yang sama dengan tahun lalu. Potensi penurunan kinerja baik dari sisi penjualan maupun laba dipastikan akan menurun.

Meski begitu, dia menjelaskan bahwa perhitungan awal itu belum memasukkan dampak dari rencana efisiensi yang dapat dipakukan. Menurutnya, meski potensi kinerja menurun, perseroan masih bisa melakukan efisiensi agar setidaknya arus kas dapat tetap positif.

Efisiensi tidak hanya dilakukan dari sisi pemangkasan biaya operasional yang tidak diperlukan. Perseroan juga berupaya memaksimalkan penggunaan fasilitas pembiayaan rantai pasok atau supply chain financing untuk menghindari penarikan pinjaman baru ke bank yang akan membuat beban keuangan membengkak.

Sejatinya, emiten berkode saham WTON ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba cukup signifikan pada tahun ini. Setelah tahun pemilu berlalu, perseroan optimistis dapat membukukan pertumbuhan top line dan bottom line sebesar 20 persen terhadap capaian pada 2019.

Pada tahun lalu emiten berkode WTON ini mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 5,34 persen menjadi Rp512,34 miliar. Sementara itu, pendapatan usaha mengalami peningkatan 2,2 persen menjadi Rp7,08 triliun.

Menurutnya, pendapatan yang berkurang juga akan berjalan beriringan dengan potensi kontrak baru yang menurun. Namun demikian, dia mengatakan bahwa perseroan masih memiliki order book sekitar Rp5,5 triliun—Rp6 triliun yang dapat terserap sebagai produksi tahun ini.

“Jadi karena belum dimulai ya [tender] berarti kan tambahan atas kontrak baru jadi terhambat. Nah berarti kan untuk mengejar nilai penjualan yang tetap tinggi, ya mau tidak mau, kita masih makan dari kontrak yang saat ini ada, dari kontrak carry over,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa penurunan turut terjadi dari sisi produksi. Sepanjang Maret, utilisasi pabrik perseroan hanya mencapai kisaran 62—63 persen dari kapasitas terpasang sebesar 4 juta ton per tahun. Pada Januari—Februari, utiliasi pabrik mencapai kisaran 80 persen.

Hal ini membuat perseroan menghentikan produksi di setidaknya dua pabrik hingga saat ini. Pabrik pertama berlokasi di Binjai dihentikan sementara produksinya karena alasan relokasi. Sementara pabrik kedua adalah pabrik di Pasuruan, Jawa Timur. Dari dua pabrik yang ada di Pasuruan, perseroan hanya mengoperasikan satu pabrik saja penurunan utilitas di tengah pandemi.

“Untuk yang Binjai memang akan kami relokasi rencananya ke pabrik baru di Bangkinang, Riau. Kalau untuk yang di Pasuruan memang karena lebih mahal cost-nya jika dua pabrik tetap beroperasi di tengah penurunan utilisasi, maka difokuskan di satu pabrik saja,” katanya.

Kondisi saat ini juga membuat perseroan berencana menunda pembangun pabrik baru ataupun peningkatan kapasitas yang awalnya ditargetkan bertambah 400.000 ton per tahun.

Hanya dua pabrik baru di Bangkinang dengan kapasitas sekitar 100.000 ton yang akan tetap direalisasikan karena akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari proyek Tol Padang—Pekan Baru. Pabrik ini akan menyerap belanja modal sekitar Rp355 miliar

Kondisi ini juga diperkirakan akan membuat perseroan menunda rencana akuisisi anak usaha baru pada tahun ini. Perseroan sebelumnya menargetkan akan mengakuisisi anak usaha baru dengan nilai mencapai Rp473 miliar. Hal ini juga akan menjadi upaya perseroan mengencangkan ikat pinggang di tengah pandemi Covid-19.

“Akuisisi ini jadi mati suri dulu. Sekarang kan cash is the king. Kalau seandainya kami beli tapi tidak menghasilkan buat apa beli sekarang, nanti saja,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper