Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada penutupan perdagangan Kamis (16/4/2020) seiring dengan kembali sentimen negatif di pasar keuangan akibat kontraksi data perekonomian Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah parkir di level Rp15.640 per dolar AS, terkoreksi 0,42 persen atau 65 poin. Pelemahan tersebut menjadi kinerja harian terburuk keempat tepat di bawah rupee yang melemah 0,56 persen, ringgit turun 0,88 persen, dan won yang terkoreksi 0,93 persen.
Padahal pada penutupan perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level Rp15.565 per dolar AS. Dengan demikian, rupiah telah terkoreksi 12,79 persen secara year to date.
Adapun, dalam perdagangan yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,45 persen ke level 99,91.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data penjualan ritel AS periode Maret 2020 yang turun dalam 8,7 persen menjadi sentimen negatif di pasar yang menjauhi investor dari aset-aset berisiko, termasuk rupiah. Pasalnya penurunan penjualan ritel tersebut merupakan yang terdalam sejak 1992.
Tidak hanya itu, indeks manufaktur di wilayah New York, AS juga terjun bebas ke posisi -78,2. Bahkan, laporan Bank Sentral AS juga menunjukkan perekonomian terbesar dunia itu akan semakin memburuk ke depan, termasuk tingkat pengangguran yang akan terus naik, akibat terhentinya aktivitas ekonomi karena wabah pandemi Covid-19.
Baca Juga
“Sebelumnya IMF pun sudah mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang negatif pada 2020 karena pandemi menghentikan atau menurunkan aktivitas perekonomian. Akibatnya rupiah berbalik melemah,” ujar Ariston kepada Bisnis, Kamis (16/4/2020).
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pasar sedikit kecewa terhadap pernyataan Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati terkait dengan ekspektasi buruknya ekonomi Indonesia karena pandemi Covid-19 sehingga pertumbuhan ekonomi bisa negatif.
Di sisi lain, Bank Indonesia begitu optimistis dengan fundamental ekonomi dalam negeri yang cukup tangguh dan berulang kali memberikan informasi yang positif terhadap pasar.
“Ini menjadi pertanyaan bagi pasar, dimanakah strategi bauran yang selama ini di gadang-gadang baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia yang terus membuat mata uang garuda menguat,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (16/4/2020).
Dia mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia seharusnya telah mempersiapkan diri dengan berbagai skenario dan harus menghindari sikap pesimistis terhadap kelangsungan pertumbuhan perekonomian dalam negeri.
Baik Ariston maupun Ibrahim memprediksi rupiah dapat bergerak melemah lagi di kisaran Rp15.550 per dolar AS hingga Rp15.750 per dolar AS.