Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok ke zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada jeda siang, IHSG terpantau anjlok 3,14 persen atau 145,043 poin ke level 4.480,86.
Pada perdagangan Rabu (15/4/2020), IHSG ditutup di zona merah dengan pelemahan 1,71 persen atau 80,59 poin ke level 4.625,90.
Di awal perdagangan, indeks terpantau melemah 1,32 persen atau 60,96 poin ke level 4.564,94 pada pukul 09.01 WIB. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.554,86-4.625,90
Seluruh 10 sektor dalam IHSG bergerak negatif hari ini, didorong sektor barang konsumsi yang merosot 3,97 persen dan aneka industri yang melemah 3,87 persen.
Sebanyak 272 saham melemah, sedangkan 105 saham lainnya terpantau menguat pada perdagangan pagi ini, dengan pelemahan terdalam dialami oleh PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang melemah 6,86 persen.
Baca Juga
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai koreksi yang dialami IHSG sejalan dengan pelemahan harga komoditas pada perdagangan sebelumnya, khususnya minyak mentah. Selain itu, indeks juga mendapat tekanan dari aksi profit taking setelah rilis data suku bunga acuan dan neraca perdagangan pada hari sebelumnya.
“Bursa regional dan dunia memerah [juga menekan IHSG]. Net foreign sell yang cukup besar di kedua emiten dengan market caps terbesar, BBCA dan BBRI, juga menjadi sentimen yang memberatkan laju IHSG,” jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (16/4/2020).
Dia memperkirakan kondisi tidak akan banyak berubah pada sesi perdagangan kedua, Kamis (16/4/2020). Artinya, tekanan masih akan berlanjut hingga penutupan perdagangan.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai sentimen negatif dari dalam negeri yakni posisi neraca perdagangan Indonesia yang berada di bawah ekspektasi konsensus. Selain itu, penjualan mobil yang mengalami penurunan 15 persen pada Maret 2020 juga menjadi penekan laju IHSG.
“Dari global masih berkaitan dengan pandemi COVID-19, bahkan IMF memproyeksikan terjadinya resesi perekonomian global di tahun ini,” ujarnya.