Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International mengantisipasi dampak negatif dari menyebarnya virus corona dan potensi perlambatan ekonomi terhadap kinerja operasional.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti menjelaskan bahwa perseroan memiliki sejumlah pemasok tidak langsung yang berasal dari China. Namun, menurutnya jumlahnya tidak terlalu signifikan terhadap jumlah keseluruhan pemasok di lini bisnis otomotif.
Meski begitu, sejumlah pemasok komponen tidak langsung tersebut saat ini sudah mulai beroperasi. Hal ini diharapkan dapat mengurangi potensi dampak yang lebih besar terhadap rantai pasok bisnis otomotif perseroan ke depan.
Tira menambahkan dengan adanya pandemi virus corona serta pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), penjualan kendaraan akan kian terpukul, khususnya mulai kuartal II/2020. Penjualan diperkirakan bisa anjlok hingga 40 persen.
“Bisa pada kisaran 30 persen—40 persen penurunannya terhadap 2019, namun semua masih prediksi awal berdasarkan kondisi saat ini dan perkiraan dampak di kuartal II yang akan signifikan, karena PSBB mulai diberlakukan dengan semakin ketat,” jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (12/4/2020).
Dia juga mengatakan penjualan pada Maret diprediksi telah mulai menunjukkan dampak dari virus corona. Penjualan diyakini akan tergerus akibat adanya kebijakan bekerja dari rumah, serta pembatasan sosial yang sudah mulai diberlakukan pada Maret.
Baca Juga
“Itu jelas mempengaruhi kegiatan ekonomi termasuk bagi penjualan kendaraan. Tetapi, proyeksi ini juga perlu kami review kembali dalam perjalanannya nanti, tergantung seberapa lama dan seberapa besar dampak dari COVID-19 ini,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa perhitungan penurunan penjualan berkisar 30—40 persen ini dengan perhitungan dampak penyebaran Covid-19 mulai mereda pada Juni. Hingga saat ini, Covid-19 sudah menjangkit 4.241 orang, dengan korban meninggal mencapai 373 orang. Tingkat kematian karena Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia, di luar China.
Sementara itu, salah satu entitas asosiasi Astra di bidang otomotif, yakni PT Astra Daihatsu Motor (ADM) telah menghentikan sementara produksi di pabrik dan menutup jaringan gerai dan bengkel resminya mulai 10 April 2020. Kebijakan ini akan diberlakukan hingga 24 April 2020.
Tira Ardianti mengatakan bahwa kebijakan itu diambil untuk mengikuti peraturan pemerintah daerah DKI Jakarta terkait PSBB. Pabrikan lain milik perseroan juga akan menyusul langkah ADM.
“Dampak finansial pasti ada, tetapi kami belum hitung. Fokus kami adalah memprioritaskan upaya-upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Kesehatan dan keselamatan harus dikedepankan, kami ikuti instruksi pemerintah. Pabrik otomotif lain juga sama [menyusul],” jelasnya.
Tira menjelaskan kendati produksi dihentikan sementara, dia meyakini hal ini tidak akan memengaruhi pasokan di dealer Daihatsu. Dia memperkirakan stok di dealer dari sisa pengiriman produksi bulan lalu masih mencukupi kebutuhan.
Menurutnya, tingkat produktivitas ADM pada Maret masih terjaga di level normal, meski mulai memberlakukan kerja dari rumah. Di sisi lain, penjualan mulai mengalami penurunan pada periode tersebut sehingga ada masih ada sisa stok dalam jumlah besar. Tren penurunan ini juga diperkirakan masih akan terus berlanjut.
“Oleh karena itu, jika produksi di April dihentikan sementara, hal tersebut tidak akan menjadi isu bagi ketersediaan stok produk saat ini, sebab penjualan juga sudah diantisipasi akan turun,” jelasnya.
Dia menjelaskan saat ini fokus Astra adalah untuk mengedepankan keselamatan dan kesehatan, baik para pekerja maupun masyarakat pada umumnya. Adapun, dampak bisnis dari krisis yang terjadi saat ini belum dapat sepenuhnya terprediksi dengan tepat.
“Pertimbangan pertimbangan lain nanti dulu. Ikhtiar maksimal saja dulu supaya risiko risiko akibat Covid-19 ini bisa kita tekan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Sepanjang tahun lalu, emiten berkode saham ASII ini membukukan laba bersih Rp21,7 triliun, turun tipis dibandingkan perolehan pada tahun sebelumnya sebesar Rp21,67 triliun. Lini lini bisnis otomotif masih menjadi penopang utama laba ASII dengan berkontribusi laba Rp8,39 triliun meski turun sekitar 1 persen.
Penurunan kinerja bisnis otomotif ini disebabkan oleh lembeknya kinerja penjualan mobil di bawah Astra di tengah total pasar yang juga menurun. Penurunan juga dikontribusi oleh kenaikan biaya-biaya produksi. Pertumbuhan penjualan kendaraan roda dua sebesar 2 persen mampu sedikit menahan kinerja bisnis otomotif dari kejatuhan yang lebih dalam.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, ADM membukukan laba bersih sebesar Rp3,18 triliun. Sementara itu, anak usaha di bisnis roda dua, PT Astra Honda Motor (AHM) menyumbang laba tahun berjalan sebesar Rp7,08 triliun.
Tahun lalu, total penjualan mobil Astra mencapai 536.402 unit yang meliputi merek Toyota, Daihatsu, Isuzu, Peugeot, dan UD Truck. Penjualan ini merupakan angka penjualan wholesale atau penjualan dari pabrik ke dealer.
Daihatsu membukukan penjualan 177.284 unit pada tahun lalu untuk menyumbangkan laba tahun berjalan sebesar Rp3,18 triliun. Sementara itu, pada 2 bulan pertama tahun ini penjualan Daihatsu tercatat sebanyak 29.951 unit, turun 3,61 persen secara tahunan.
Adapun, penjualan total merek Astra sepanjang Januari—Februari 2020 mencapai 83.784 unit. Jumlah penjualan ini mengalami penurunan sebesar 0,11 persen terhadap total penjualan Astra pada periode yang sama tahun sebelumnya.