Bisnis.com, JAKARTA – Emiten sektor pertambangan PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA). mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 92,24 persen sekalipun pendapatan tumbuh 49,90 persen pada 2019.
ESSA mencatatkan penurunan laba bersih dari posisi US$33,90 juta menjadi US$2,63 juta atau turun 92,24 persen. Dengan begitu laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas juga turun 93,57 persen dari posisi US$2,80 menjadi US$0,18.
Penurunan laba bersih disebabkan naiknya beban pokok sebesar 113,93 persen menjadi US$181,71 juta. Selain itu, beban administrasi dan beban keuangan masing-masing tumbuh 21,80 persen dan 67,89 persen.
Tiap-tiap pos mencatatkan pengeluaran US$16,93 juta dan US$38,95 juta. Jadi sekalipun top line naik 49,90 persen menjadi US$221,91 juta. Tetap tidak mempu mengerek kinerja karena beban tumbuh lebih tinggi.
Segmen penjualan ammonia menyumbang US$185,51 juta sedangkan tahun sebelumnya US$98,74 juta. Sementara itu segmen penjualan elpiji menyumbang US$32,30 juta dan segmen jasa US$4,09 juta\
Total liabilitas ESSA tercatat US$586,87 juta dengan liabilitas jangka pendek mencapai US$82,08 juta. Adapun liabilitas jangka panjang tercatat US$504,79 juta. Total aset perseroan mencapai US$895,31juta dengan aset lancar US$190,46 juta dan aset tidak lancar US$704,84 juta.
Baca Juga
Tahun ini, emiten yang sebagian sahamnya dimiliki oleh TP Rachmat dan Garibaldi Thohir itu berencana mengemisi obligasi valas atau mengambil pinjaman bank sebesar-besarnya US$450 juta dengan maksimum jatuh tempo 7 tahun sejak diterbitkan, yaitu pada 2027.
Berdasarkan laporan keuangan 2019 yang saat ini dalam proses penyusunan, nilai rencana transaksi ini diperkirakan lebih dari 50% nilai ekuitas perseroan.
“Rencana transaksi ini dilaksanakan dalam rangka pembiayaan kembali atau refinancing seluruh utang PAU kepada International Finance Corporation dan sisanya untuk modal kerja secara umum,” tulis manajemen.
Adapun, kupon obligasi tersebut diperkirakan berada dalam kisaran setinggi-tingginya sebesar 7,5% per tahun