Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) memperkirakan penerbitan pandemic bond sebesar US$27 miliar atau Rp450 triliun akan meningkatkan cadangan devisa hingga US$15 miliar.
Dengan catatan, asumsi 30% dari pandemic bond harus berdenominasi dolar AS.
Jika pemerintah sepenuhnya menerbitkan pandemic bond dalam bentuk rupiah, LPEM UI memperkirakan tambahan cadangan devisa hanya sebesar US$9 miliar.
"Angka tersebut diperoleh dengan asumsi 34% dari SBN dimiliki oleh asing," tulis LPEM dalam laporannya, Selasa (7/4/2020).
LPEM menilai penerbitan pandemic bonds perlu dilakukan dengan sangat hati-hati oleh pemerintah.
Dalam laporannya, LPEM mengungkapkan penerbitan pandemic bond akan sangat sulit dilakukan apabila diterbitkan dalam bentuk rupiah akibat rendahnya daya beli domestik.
Baca Juga
"Hal ini tercermin dari diberinya kewenangan Bank Indonesia (BI) untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana melalui Perppu No. 1/2020," tulis LPEM.
Oleh karenanya, lebih menguntungkan bagi pemerintah untuk menerbitkan pandemic bond dalam bentuk dolar AS untuk mendukung cadangan devisa.
Meski demikian, penerbitan pandemic bond berdenominasi dolar secara keseluruhan juga tergolong sulit karena rendahnya likuiditas dolar AS yang beredar. Lebih lanjut, terdapat pula risiko lonjakan beban bunga yang tajam apabila SBN berdenominasi dolar AS diterbitkan.