Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk. menyatakan pengiriman minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ke India tidak terganggu kendati Pemerintah India menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona.
Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa mengatakan India masih membuka beberapa pelabuhan sehingga perseroan dapat melakukan pengiriman CPO. Sebagai informasi, 30 persen dari produksi Astra Agro sebesar 1,7 juta ton disalurkan untuk pasar ekspor seperti India, China dan Pakistan.
“India walaupun sudah lockdown tapi masih dibuka beberapa pelabuhan sehingga masih bisa melakukan pengiriman CPO,” katanya kepada Bisnis, Minggu (5/4/2020).
Santosa mengatakan sekalipun pasar ekspor India dan China belum pulih, permintaan domestik masih bisa menopang harga minyak nabati itu berkat program biodiesel pemerintah. Di sisi lain, panen buah di awal tahun ini tidak terlalu bagus sehingga pasokan menyesuaikan permintaan.
Apalagi, Malaysia sebagai negara penghasil CPO kedua terbesar di dunia juga sedang menerapkan lockdown guna menekan penyebaran virus corona. Harga CPO masih stabil di level MYR2.300 per ton atau US$610 s.d US$625 per ton untuk harga di bursa berjangka Rotterdam.
“Memang harga tidak separah tahun lalu, menurut saya karena produksi juga sedang low crop dan tahun ini kan masih terbantu demand dalam negeri dengan adanya B30,” imbuh Santosa.
Baca Juga
Dia menambahkan harga domestik saat ini juga terdorong oleh peningkatan nilai tukar mata uang ke level Rp16.000 . Hal itu mengerek harga penjualan domestik sampai ke Rp8.000 per kg. Akan tetapi, Astra Agro Lestari cenderung antisipatif kalau harga berpotensi menurun pada semester kedua ketika puncak panen.
“Harga fundamental di tingkat global mungkin tidak akan terlalu tinggi karena permintaan juga terbatas namun lebih krn nilai tukar jadi harus dicermati untuk semester II krn biasanya siklus produksi di saat itu lebih tinggi dari saat ini,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan pada awal tahun. China turun 381.000 ton atau 57 persen ; Uni Eropa turun 188.000 ton atau 30 persen ; ke India turun 141.000 ton atau 22 persen. Adapun ke Bangladesh naik 40.000 ton atau 52 persen.