Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Korea Selatan berakhir merosot nyaris 4 persen pada perdagangan Rabu (1/4/2020), di tengah kekhawatiran kejatuhan ekonomi dari wabah virus corona (COVID-19).
Dilansir dari Bloomberg, indeks Kospi ditutup anjlok 3,94 persen atau 69,18 poinke level 1.685,46, dengan volume perdagangan mencapai 123 juta lembar saham senilai sekitar 11,9 triliun won (US$ 9,67 miliar).
Saham Samsung Electronics anjlok 4,08 persen menjadi 45.800 won, sedangkan produsen chip SK hynix anjlok 5,88 persen menjadi 78.400 won per lembar saham.
Sementara itu, saam perusahaan farmasi terkemuka Samsung BioLogics kehilangan 6,12 persen ke level 452.500 won.
Indeks sempat bergerak ke zona hijau pada awal perdagangan menyusul rilis data ekspor yang lebih baik dari perkiraan. Ekspor Korsel pada bulan Maret tercatat turun tipis 0,2 persen ke US$46,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Ekspor pada bulan Maret kurang dari konsensus pasar tetapi masih lebih baik daripada perkiraan, mengingat kekhawatiran pasar yang diciptakan oleh penyebaran COVID-19," ungkap Kim Yoo-mi, analis Kiwoom Securities, seperti dikutip Yonhap News.
Baca Juga
Kim menambahkan penurunan pada bulan Maret mungkin juga disebabkan oleh anjloknya harga minyak mentah global yang menurunkan harga minyak dan produk petrokimia, barang ekspor utama Korsel.
Indeks meluncur ke zona merah seiring rilis data manufaktur pada bulan Maret yang menunjukkan kontraksi tajam.
Data indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/ PMI) sektor manufaktur yang dirilis IHS Markit turun ke angka 44,2 dari level 48,7 pada Februari. Angka ini merupakan penurunan kondisi manufaktur terbesar sejak 2009.
Data survei bulan Maret menunjukkan penurunan tajam volume produksi di sektor manufaktur Korea Selatan. Jadwal produksi dipengaruhi oleh gangguan sisi pasokan dan permintaan secara simultan. Akibatnya, output menurun paling tajam dalam lebih dari 11 tahun terakhir.
Ekonom IHS Markit Joe Hayes mengatakan meskipun Korsel berhasil meratakan kurva penyebaran COVID-19, guncangan ekonomi yang substansial masih terasa.
“Ini sebagian besar mencerminkan paparan ekonomi Korea Selatan yang memiliki kesepakatan perdagangan bilateral besar dengan negara-negara lain seperti China, Jepang dan AS,” ungkapnya.