Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Umumkan Kebijakan, Indeks Kospi Rebound Tajam

Bursa saham Korea Selatan mampu rebound tajam pada perdagangan Selasa (24/3/2020) setelah pemerintah mengumumkan kebijakan untuk menstabilkan pasar finansial.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Korea Selatan mampu rebound tajam pada perdagangan Selasa (24/3/2020) setelah pemerintah mengumumkan kebijakan untuk menstabilkan pasar finansial.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi ditutup melonjak 127,51 poin atau 8,60 persen ke level 1.609,97, setelah sebelumya anjlok 5,3 persen pada Senin.

Dilansir Bloomberg, Pemerintah akan menyiapkan dana dukungan untuk obligasi dan pasar saham dalam menanggapi wabah virus corona (COVID-19). Rencana tersebut diumumkan oleh presiden Moon Jae-in setelah mengadakan pertemuan darurat.

Pemerintah dikabarkan menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan senilai 48 triliun won dalam, yang termasuk dana stabilisasi pasar saham senilai 10,7 triliun won.

"Skenario terbaik adalah kegiatan ekonomi di negara itu kembali normal dengan berakhirnya wabah COVID-19," ungkap Park So-yeon, seorang analis di Korea Investment & Securities, seperti dikutip Yonhap News.

Penguatan indeks Kospi ditopang oleh saham Samsung Electronics yang menguat 10,47 persen, disusul oleh produsen chip SK Hynix yang melonjak 13,4.

Selain itu, saham produsen mobil terbesar Korsel, Hyundai Motor, ditutup naik 8,56 persen menjadi 74.800 won, sedangkan saham Kia Motors menguat 7,44 persen.

Sejalan dengan penguatan indeks Kospi, mata uang won ditutup melonjak tajam 1,34 persen atau 16,97 poin ke level 1.249,85 won per dolar AS.

Bursa Korsel juga mendapat dorongan dari dengan kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang menawarkan pembiayaan langsung kepada perusahaan yang terdampak wabah virus corona.

Pada kebijakan tersebut, The Fed akan membeli obligasi dalam jumlah yang tidak terbatas untuk menekan biaya pinjaman dan meningkatkan aliran kredit ke perusahaan dan pemerintahan daerah di AS.

Langkah ini membuat biaya untuk mengasuransikan gagal bayar perusahaan mengalami penurunan dan nilai obligasi Exchanged Traded Fund (ETF) yang dapat dibeli oleh The Fed melonjak.

Global Head of Macro di Fidelity International Anna Stupnytska mengatakan, untuk dapat berjalan dengan efektif, upaya yang dilakukan oleh The Fed tidak dapat berjalan sendiri.

"Upaya ini harus didukung dari kebijakan fiskal yang dapat menolong perekonomian AS ditengah tren penurunan ini dan juga nantinya memulihkannya," katanya dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper