Bisnis.com, JAKARTA – Peluang emiten lahan PT Puradelta Lestari Tbk. untuk mengulangi raihan yang sama pada 2020 akan berat.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ilham Akbar Muhammad menilai berat bagi anak usaha Grup Sinarmas itu memperoleh raihan yang sama pada 2019 sebesar Rp1,33 triliun. Pasalnya ada kemungkinan perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh virus corona.
“Saya agak ragu sekalipun tahun ini berjalan normal,” katanya kepada Bisnis pada Senin (23/3).
Ilham mengatakan tahun lalu marketing sales mereka ditopang oleh penjualan lahan ke proyek kereta cepat di lahan komersilnya.
Penjualan itu, lanjutnya, memiliki marjin yang lebih tinggi darip penjualan lahan industri biasanya. Menurutnya, penjualan itu tidak akan terulang kembali pada tahun ini.
Selain itu, emiten berkode saham DMAS tersebut juga memperoleh dana jumbo dari hasil penjualan kepada produsen mobil asal Korea yakni Hyundai.
Baca Juga
“Tahun lalu Hyundai ada deal untuk pembangunan pabrik di kuartal IV/2019. Kesepakatan ini berkontribusi cukup besar dalam segi luas lahan yang dijual,” ungkapnya.
Namun, Ilham pesimistis bakal ada torehan yang serupa pada tahun ini karena penjualan dalam jumlah besar itu jarang terjadi.
Sebagai informasi total pendapatan DMAS tercatat sebesar Rp2,65 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp1,03 triliun. Adapun yang menopang penjualan utamanya adalah segmen industri dengan raihan Rp2,01 triliun.
PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia menjadi pembeli utama bagi DMAS dengan sumbangan Rp1,36 triliun. Jumlah itu setara dengan 51,32 persen dari total pendapatan selama setahun.
Posisi kedua ditempati oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebesar Rp485,05 miliar yang berkontribusi sebesar 18,30 persen. Sementara itu segmen komersial menyumbang Rp603,02 miliar dan segmen perumahan Rp19,83 miliar.
Segmen komersial mencatatkan kenaikan 593,10 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp67,09 miliar. Hanya segmen residensial yang mencatatkan penurunan 78,99 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp94,42 miliar.
Sementara itu, Analis May Bank Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi merekomendasikan DMAS sebagai pilihan utama diantara kompetitornya. Aurellia mengatakan anak usaha Sinarmas Land itu memiliki bank lahan yang cukup luas untuk segera dijual.
Selain itu, perseroan memiliki lokasi yang strategis diantara area industri dekat Jakarta. Aurellia menilai terdapat minat yang kuat dari perusahaan yang bergerak di sektor kendaraan listrik, sektor logistik, dan sektor pergudangan.
Ketiga sektor itu, lanjutnya, yang bakal menopang permintaan untuk lahan industri beberapa tahun ke depan. Menurutnya ada salah satu principal produsen mobil jepang yang berencana untuk memperluas produksinya di lahan DMAS.
KINERJA KEUANGAN
DMAS mencatatkan laba bersih sebesar 168,41 persen dari posisi tahun 2018 sebesar Rp496,25 miliar. Dengan begitu laba per saham yang dapat diatribusikan juga ikut meningkat 168,93 persen dari posisi Rp10,30 per saham ke Rp27,70 per saham.
Peningkatan laba utamanya ditopang oleh peningkatan pendapatan sebesar 155,79 persen sepanjang 2019. Total pendapatan tercatat sebesar Rp2,65 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp1,03 triliun. Adapun yang menopang penjualan utamanya adalah segmen industri dengan raihan Rp2,01 triliun.
Sementara itu, segmen komersial menyumbang Rp603,02 miliar dan segmen perumahan Rp19,83 miliar. Hanya segmen terakhir yang mencatatkan penurunan 78,99 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp94,42 miliar.
Selain itu, pos pendapatan bunga juga ikut menopang laba bersih dengan raihan Rp58,56 miliar tumbuh 202,59 persen dari posisi Rp19,32 miliar.
Sepanjang 2019, total aset DMAS tumbuh 1,55 persen menjadi Rp7,61 triliun. Aset lancar tercatat Rp4,00 triliun dengan aset tidak lancar Rp3,60 triliun.
Adapun total liabilitas meningkat pesat 259,85 persen dari posisi Rp311,52 miliar menjadi Rp1,12 triliun. Liabilitas jangka pendek mencapai Rp1,08 triliun sedangkan jangka panjang hanya sekitar Rp40,95 miliar.
Direktur Puradelta Lestari Tondy Suwanto mengatakan naiknya liabilitas disebabkan naiknya uang muka penjualan ikut meningkat drastis. Pada akhir tahun lalu, segmen uang muka penjualan menyetor Rp819,64 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp164,59 miliar.