Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja penjualan penjualan mobil dibawah naungan PT Astra International Tbk. (ASII) mulai membaik pada Februari, tetapi secara kumulatif masih mencatatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diolah perseroan, penjualan mobil di bawah naungan Astra pada Februari mencapai 43.065 unit, naik 5,76 persen dibandingkan Januari.
Secara kumulatif penjualan Astra pada Januari—Februari 2020 mencapai 83.784 unit, turun 0,11 persen secara tahunan. Meski begitu, penurunan penjualan mobil Astra pada dua bulan pertama tahun ini lebih baik dari penurunan penjualan domestik yang turun 2,42 persen.
Hal ini menyebabkan pangsa pasar Astra pada Februari mengalami kenaikan menjadi 54 persen dari sebelumnya 51 persen pada Januari. Adapun, sepanjang Januari—Februari tahun ini pangsa pasar Astra tercatat sebesar 52 persen, naik dari posisi 51 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, penjualan merek Toyota menjadi penopang penjualan Astra pada dua bulan pertama tahun ini, yakni sebanyak 49.331 unit, naik 1,41 persen secara tahunan. Daihatsu juga turut berkontribusi dengan total penjualan 29.951 unit, turun 3,61 persen secara tahunan.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan kinerja penjualan mobil pada Februari mulai normal. Penurunan secara secara tahunan lebih disebabkan rendahnya penjualan pada Januari yang terimbas banjir.
Baca Juga
“Ada karena banjir sedikit. Tapi trennya memang begitu, paling tidak dalam 2 tahun terakhir ini, awal tahun jualannya memang turun. Apalagi tidak ada stimulus model model baru dan ekonomi juga masih lambat,” jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (16/3/2020).
Dia juga memastikan penjualan maupun proses produksi kendaraan roda empat pada Februari juga lebih baik dibandingkan januari. Hal ini terlihat dari penjualan bulanan yang membaik. Dia juga memastikan, belum ada dampak dari wabah pandemi COVID-19 terhadap kegiatan produksi dan penjualan pada Januari—Februari.
BELANJA MODAL
Sementara itu, Astra International bakal mengeluarkan belanja modal dan investasi sebesar Rp20 triliun—Rp25 triliun dan bakal berfokus pada kebutuhan ekspansi bisnis di tiga lini usaha.
Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan bahwa total alokasi tersebut terdiri dari belanja modal sebesar Rp15 triliun dan investasi sebesar Rp5 triliun hingga Rp10 triliun.
“Pada tahun ini, kisaran capex [capital expenditure/belanja modal] konsolidasi Astra mencapai Rp15 triliun. Jika dengan investasi, nilainya dapat mencapai sekitar Rp20 triliun hingga Rp25 triliun, investasi akan disesuaikan dengan peluang yang ada,” jelasnya kepada Bisnis.com, Jumat (28/2/2020).
Dia menjelaskan belanja modal pada tahun ini akan terkonsentrasi pada tiga kebutuhan utama. Salah satunya adalah pembelian alat berat di bisnis PT Pamapersada Nusantara, anak perusahaan dari PT United Tractors Tbk.
Selain itu, belanja modal emiten berkode saham ASII ini akan banyak digunakan untuk pengembangan bisnis otomotif. Terakhir, alokasi belanja modal juga akan banyak digunakan untuk lini bisnis infrastruktur.
“Seluruh kebutuhan belanja modal pada tahun ini akan menggunakan dana internal,” tambahnya.
Adapun, pada tahun lalu realisasi belanja modal dan investasi Astra secara konsolidasi mencapai Rp22 triliun. Dia menjelaskan realisasi belanja modal pada 2019 memang tidak sebesar tahun sebelumnya. Pada 2018, perseroan membutuhkan belanja modal lebih besar untuk akuisisi tambang emas Martable.
“Memang menurun jika dibandingkan dengan tahun 2018 karena pada 2018 Astra melalui anak perusahaan PT United Tractors Tbk. mengakuisisi PT Agincourt Resources yang nilainya US$1,5 miliar,” katanya.
Mengutip laporan tahunan 2019, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Astra mencapai Rp14,18 triliun. Realisasi tersebut menurun sekitar 52,29 persen dibandingkan besaran dana yang dikeluarkan perseroan pada 2018 sebesar Rp29,73 triliun.