Bisnis.com, JAKARTA – Pekan yang kelam untuk bursa saham di Asia terlihat sedikit menggembirakan bagi sejumlah negara. Indonesia salah satunya.
Aksi jual dahsyat yang melahap indeks saham acuan di bursa Wall Street Amerika Serikat pada akhir perdagangan Kamis (12/3/2020), sesi terburuk sejak 1987, menyeret turun bursa saham di seluruh kawasan Asia pada perdagangan Jumat (13/3/2020).
Pelemahan tajam pun tak terhindarkan sehingga memicu penghentian perdagangan (trading halt) mulai dari bursa saham di Seoul (Korea Selatan), Bangkok (Thailand), Manila (Filipina), Mumbai (India), hingga Jakarta (Indonesia).
Namun, bursa Australia kemudian berhasil mencatat pemulihan yang dramatis. Setelah terjerembap sekitar 8 persen ke bawah level 5.000 pada sesi perdagangan Jumat pagi, pertama kalinya sejak 2016, indeks S&P/ASX 200 berbalik ke zona hijau dan kembali menembus level tersebut.
Indeks saham acuan Australia itu kemudian menuntaskan pergerakannya pada perdagangan hari ini dengan lonjakan sebesar 234,67 poin atau 4,42 persen ke level 5.539,30, berdasarkan data Bloomberg.
Tak ingin ketinggalan, sejumlah negara mampu mengekori rebound bursa Australia. Indeks Nifty 50 India ditutup melonjak 3,81 persen, indeks SE Thailand naik tajam sekitar 1,3 persen, dan indeks PSEi Filipina berakhir menanjak 1,01 persen.
Baca Juga
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengakhiri pergerakannya di zona hijau dengan kenaikan 0,24 persen. Indeks terpantau sempat anjlok lebih dari 5 persen pada sesi perdagangan pagi hingga kembali memicu penghentian perdagangan sementara selama 30 menit.
Pada Jumat (13/3/2020) pagi, pemerintah mengumumkan paket stimulus kedua untuk menghadapi dampak ekonomi sebagai imbas penyebaran virus corona (Covid-19).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan stimulus dikucurkan karena virus corona telah menjadi pandemi global, sesuai dengan keputusan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Dia menerangkan, pemerintah akan fokus pada ketersediaan stok pangan, kemudian sektor pariwisata dan transportasi. Penurunan harga minyak akibat perang harga antara Arab Saudi dan Rusia juga jadi turut perhatian.
Di antara stimulus yang diberikan kali ini terkait fiskal relaksasi PPh pasal 21 ditanggung pemerintah diberikan 6 bulan. Relaksasi juga diberikan untuk PPh pasal 22 impor yang berlaku 19 sektor pengolahan dan potongan PPh pasal 25 sebesar 30 persen.
Relaksasi restitusi PPh diberikan tanpa audit dan tanpa plafon untuk industri orientasi ekspor, berlaku enam bulan.
Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia Pacific Index telah memangkas penurunannya menjadi 1,9 persen setelah terbenam sebanyak 6,7 persen, berdasarkan data Bloomberg.
“Pasar mungkin berpikir akan ada semacam langkah kebijakan untuk mendukung pasar, selain yang sudah diumumkan,” ujar Tomoichiro Kubota, senior market analyst di Matsui Securities.
“Kita bisa melihat rebound besar dalam jangka pendek mengingat seberapa banyak pasar telah jatuh. Tapi rasanya tren penurunan jangka menengah tak akan berubah. Pasar akan terus berdagang dengan volatilitas yang tinggi,” paparnya.
Perdagangan hari ini terbilang sangat fluktuatif. Kondisi itu menggarisbawahi kurangnya kepercayaan investor terhadap tindakan pemerintah negara-negara untuk melawan pandemi virus corona yang telah menewaskan hampir 5.000 orang secara global.
Menurut banyak pedagang, rebound tiba-tiba yang dialami hari ini di antaranya didorong oleh aksi bargain hunting dan short covering, harapan untuk stimulus lebih lanjut, dan potensi vaksin yang sedang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Kanada untuk menyembuhkan penyakit akibat virus tersebut.
Bank-bank sentral secara global telah menyediakan likuiditas untuk menenangkan pergerakan liar di pasar keuangan. Dalam perkembangan terakhir, Bank of Japan (BOJ) disebut-sebut kemungkinan akan memperluas stimulusnya dalam pertemuan yang akan digelar pekan depan.
Di sisi lain, bank sentral India berjanji untuk menggunakan persenjataan mata uang asing senilai US$481 miliar demi membendung penurunan pasar.
Di Korsel, Bank of Korea (BOK) menyatakan tengah mempertimbangkan rapat darurat dan akan mengambil langkah-langkah untuk membendung pergerakan forex (foreign exchange) yang berlebihan.
Terlepas dari semua perubahan harga dalam bursa saham di Asia hari ini, tingkat turbulensi tetap berada pada rekor terendah relatif terhadap level global.
“Sedikit secercah harapan sudah cukup untuk melihat momentum pembelian jangka pendek agresif yang dihasilkan,” tutur Jeffrey Halley di Oanda Asia Pacific Pte.