Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buntut Pernyataan Trump, Bursa Jepang Ambruk 4 Persen Lebih

Bursa Jepang anjlok lebih dari 4 persen pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (12/3/2020), di tengah rontoknya sentimen investor karena pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Jepang anjlok lebih dari 4 persen pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (12/3/2020), di tengah rontoknya sentimen investor karena pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir di level 1.327,88 dengan penurunan tajam 4,13 persen atau 57,24 poin dari level 1.385,12 pada perdagangan Rabu (11/3/2020) yang melorot 1,53 persen.

Sebanyak 39 saham menguat, 2.109 saham melemah, dan 8 saham stagnan dari 2.156 saham yang diperdagangkan pada Topix pada Kamis.

Saham Takeda Pharmaceutical Co. Ltd. dan Toyota Motor Corp. yang turun 8,32 persen dan 3,46 persen masing-masing menjadi penekan utamanya.

Dilansir Bloomberg, indeks Topix ditutup di level terendahnya sejak November 2016 setelah Trump menyatakan akan secara signifikan membatasi perjalanan dari Eropa ke AS selama 30 hari ke depan.

Berbicara di kantor kepresidenan pada Rabu (11/3) waktu setempat, Trump mengatakan pembatasan tersebut akan mulai berlaku pada Jumat (13/3/2020) tengah malam waktu AS terhadap hampir seluruh negara di benua tersebut, kecuali Inggris.

Langkah itu menjadi upaya dengan jangkauan terjauh yang diberlakukan pemerintah AS hingga saat ini untuk melawan wabah penyakit virus corona (Covid-19).

“Kesan pertama pasar terhadap langkah-langkah AS untuk mengatasi virus itu adalah bahwa langkah tersebut tidak cukup,” ujar Hirokazu Kabeya, chief global strategist di Daiwa Securities Co., Tokyo.

“Kami tidak melihat dasar yang jelas untuk ekuitas Jepang dan kecemasan investor semakin tinggi,” tambahnya.

Selain itu, pada Rabu (11/3), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Covid-19 secara resmi menjadi pandemi. Ini adalah pertama kalinya WHO menyebut wabah pandemi sejak "flu babi" H1N1 pada 2009.

"Dengan WHO menyatakan virus corona sebagai pandemi, turbulensi pasar kemungkinan akan bertahan selama dua hingga tiga pekan selanjutnya,” ujar Hideyuki Suzuki, general manager di SBI Securities Co., Tokyo.

“Jika AS tidak bertindak cukup cepat untuk membendung wabah ini, ada kemungkinan Nikkei 225 bisa menuju level 18.000,” tambahnya.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup di level 18.559,63 dengan kemerosotan 4,41 persen atau 856,43 poin dari level 19.416,06 pada Rabu.

Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei pada Kamis, 1 saham menguat dan 224 saham melemah.

Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang turun 5,60 persen menjadi penekan utama Nikkei, bersama dengan saham SoftBank Group Corp. yang turun 6,27 persen.

Sebaliknya, nilai tukar yen, aset safe haven yang kerap diburu investor kala dilanda kekhawatiran, menguat 0,84 persen atau 0,88 poin ke level 103,67 yen per dolar AS pada pukul 15.09 WIB, setelah terapresiasi tajam lebih dari 1 persen pada Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper