Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah situasi pasar yang bergejolak, sejumlah manajer investasi masih percaya diri untuk meluncurkan produk baru.
Berdasarkan data yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang periode 1-11 Maret 2020 terdapat 16 produk reksa dana baru yang didaftarkan.
Keenam belas produk tersebut terdiri atas 8 reksa dana proteksi, 2 reksa dana saham, 2 reksa dana pendapatan tetap, dan 1 reksa dana campuran. Selain itu ada pula masing-masing satu produk investasi alternatif exchange trade fund (ETF) dan kontrak investasi kolektif (KIK).
Salah satu yang akan segera meluncurkan produk reksa dana baru adalah PT BNI Asset Management (BNI AM). Anak perusahaan bank pelat merah ini bakal memperkenalkan produk barunya pekan depan.
Presiden Direktur BNI AM Reita Farianti mengaku pihaknya cukup optimistis untuk meluncurkan produk baru di tengah situasi pasar saat ini. Dia menilai ketahanan ekonomi Indonesia cukup tinggi sebab didominasi konsumsi domestik.
Menurutnya hal tersebut telah terbukti selama beberapa tahun, yang mana di tengah perlambatan ekonomi dunia, ekonomi domestik Indonesia masih terus bertahan dan menjadi penopang laju aktivitas ekonomi di Indonesia.
Baca Juga
“Dari hasil background channel check, juga terlihat laju ekonomi di level grassroot masih berjalan baik di sektor kesehatan, pengolahan makanan, minuman, telekomunikasi hingga sektor berbasis garmen,” katanya pada Bisnis, Rabu (11/3/2020).
Meskipun demikian, mengingat berbagai risiko yang membayangi pasar saat ini, dia tak menampik pihaknya meningkatkan kehati-hatian dalam pengelolaan portofolio investasi
Salah satu strategi yang ditempuh BNI AM adalah dengan fokus pada alokasi aset yang dilakukan secara defensif pada sektor sektor berbasis konsumsi domestik seperti consumer, perbankan, dan telekomunikasi.
Manajer Investasi lainnya yang akan meluncurkan produk baru adalah Avrist Asset Management (Avrist AM). Rencananya mereka akan menerbitkan sejumlah reksa dana termasuk exchange trade fund (ETF).
Direktur Avrist AM Agra Pramudita mengatakan pihaknya akan menerbitkan ETF pendapatan tetap tahun ini menggunakan underlying surat berharga syariah nasional (SBSN).
“Dengan pertimbangan kebutuhan alternatif investasi pendapatan tetap syariah bagi investor institusi dan individual,” ujarnya.
Menurut Agra, kelebihan dari ETF tersebut adalah menggunakan harga real time yang transparan, underlying asset yang likuid dan risiko kredit rendah serta modal awal berinvestasi hanya sekitar Rp100.000.
Sementara untuk instrumen saham, Avrist AM berencana menawarkan reksa dana indeks berbasis LQ45, IDX30 dan lingkungan. Kelebihannya, reksa dana jenis ini punya underlying assetnya yang transparan dengan fundamental baik dan tracking error terhadap indeks lebih baik.
Pinnacle Asset Management juga tak mau ketinggalan. Direktur Utama Pinnacle AM Guntur Putra membenarkan bahwa mereka akan menerbitkan sejumlah produk dalam kuartal pertama 2020.
“Iya, Pinnacle ada beberapa fund dan ETF,” katanya pada Bisnis, Rabu (11/3/2020).